Palangka Raya (ANTARA News) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah mengidentifikasi bahwa kebakaran hutan mulai rawan terjadi di hutan Kalimantan akibat perubahan cuaca ektrem.
Dan sampai dengan 20 Juli ini telah terdeteksi ada 47 hot spot (titik api), kata Petugas Penyaji Data Pengendalian Kebakaran Hutan, Bidang Pengendalian Kebakaran Hutan BKSDA Kalteng Andreas Dody di Palangka Raya, Selasa.
"Hotspot sampai 20 Juli 2014 sudah mencapai 47 titik. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan pada waktu yang sama pada tahun lalu. Ini yang harus diwaspadai semua pihak," tambah Dody.
Berdasarkan data di media center pos komando siaga darurat bencana kebakaran hutan, lahan, dan pekarangan Kalteng, jumlah sebaran hotspot di Kalteng pada Januari 122 titik, Februari 86 titik, Maret 65 titik, April 46 titik, Mei 47 titik, dan Juni 33 titik.
Kabid di BKSDA Kalteng mengatakan berdasarkan laporan dari Manggala Agni, aktivitas yang cukup tinggi baru terjadi di daerah oprasi (Daop) I, yaitu meliputi Kota Palangka Raya dan sekitarnya.
"Kalau Daop di kabupaten Kapuas, Kotawaringin Barat (Kobar) dan Kabupaten Barito Utara hingga saat ini belum ada aktivitas pemadaman," kata Dody.
Ia mengatakan, kebakaran lahan masyarakat pada Juni lalu seluas 0,25 hektar berhasil dipadamkan, kemudian pada Juli terjadi lima kebakaran seluas 5,1 hektar juga bisa dipadamkan.
Pemadaman menggunakan water bombing melalui helikopter MI 8 MTV-i pada Juni lalu di Palangka Raya, Pulang Pisau, Kapuas, Katingan, Kotawaringin Timur, dan Kotawaringin Barat menghabiskan 164.000 liter air.
"Dari 5-19 Juli 2014 sudah dilakukan sebanyak 152 kali sorti atau bombing di daerah Pulang Pisau, Kotawaringin Timur, Katingan, Kapuas, Sampit, Palangka Raya dengan menghabiskan sebanyak 624.000 liter air," demikian Dody.
Pewarta: Jaya Wirawana Manurung
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014