Dalam acara tersebut, terdapat 150 stan yang memamerkan inovasi dan teknologi kesehatan, antara lain produk farmasi, alat kesehatan, makanan dan minuman, obat herbal, serta alat kesehatan produksi rumah tangga.
"Acara ini merupakan bagian dari pilar ketiga reformasi kesehatan Indonesia, yaitu pilar Ketahanan Kesehatan atau healthcare resiliency," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Wamenkes: Pelibatan publik percepat pengembangan inovasi kesehatan
Pada kesempatan itu, Kemenkes juga memfasilitasi peluang kerja sama dan investasi industri dalam negeri.
Belajar dari pandemi COVID-19, katanya, Indonesia perlu meningkatkan sektor kesehatannya agar dapat menghadapi pandemi lainnya.
Budi menuturkan Indonesia mengeluarkan sekitar Rp560-580 triliun di sektor kesehatan tiap tahunnya, dengan rata-rata pengeluaran kesehatan per kapita 140 dolar AS. Dengan pengeluaran kesehatan seperti itu, usia harapan hidup orang Indonesia mencapai 72 tahun.
Menurutnya, jika dalam 5-10 tahun lagi angka harapan hidup publik mirip dengan angka harapan hidup Malaysia, yakni 76 tahun dan Singapura 84 tahun, maka pengeluaran kesehatan akan semakin besar.
Dia menjelaskan Malaysia menghabiskan sekitar 450-460 dolar AS per kapita untuk kesehatan, sementara Singapura sekitar 3300 dolar.
Dia menilai hal tersebut menjadikan sektor kesehatan nasional sesuatu yang potensial bagi investor untuk berinvestasi di dalamnya.
Dengan peluang keuntungan yang besar, katanya, pemerintah pun menerima pihak-pihak yang mau berpartisipasi mengembangkan sektor tersebut, termasuk pihak asing, dengan syarat menggunakan bahan-bahan dari Indonesia.
Salah satu upayanya, katanya, dengan memastikan TKDN (tingkat komponen dalam negeri) dalam e-katalog, agar produk-produk yang dipromosikan adalah produk yang menggunakan bahan dari dalam negeri.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menk PMK), Pratikno menjelaskan bahwa dalam upaya membangun sumber daya manusia, kesehatan merupakan hal yang penting. Baginya, jika memiliki IPK besar, tapi sakit-sakitan, hal tersebut menjadi tidak baik.
Pratikno menyebutkan bahwa segala disiplin ilmu, seperti teknologi, metalurgi, biologi, perlu dikembangkan dan dikolaborasikan guna mendukung upaya peningkatan kesehatan. "Tapi, lebih dari itu adalah lintas antara akademisi dengan industri dan pemerintah," ujarnya.
Baca juga: Wamenkes terkesan dengan gelaran "The 1st UI Health Innovation"
Baca juga: Kemenkes luncurkan 5 inovasi untuk SDM kesehatan
Selain itu, dia meminta Kemenkes untuk memfokuskan anggarannya untuk membeli produk-produk dalam negeri.
"Oleh karena itu, saya akan terus memerankan peran saya sebagai Menteri Koordinator untuk menjadi jembatan dari berbagai pihak. Bukan hanya jembatan di internal Kemenkoan, tetapi juga jembatan dengan Menteri Koordinator di bidang yang lain, terutama di bidang industri," katanya.
Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan, Lucia Rizka Andalusia menyebutkan Kemenkes juga memberikan penghargaan bagi pihak-pihak, kepada individu atau institusi yang telah berkontribusi dalam inovasi teknologi kesehatan untuk mendukung resiliensi.
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024