"Laju rupiah kembali terapresiasi meski dibayangi sentimen negatif dengan melemahnya sejumlah mata uang Asia Pasifik terhadap dolar AS menjelang data inflasi AS yang akan dirilis," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada.
Menurut dia, nilai rupiah terhadap dolar AS positif karena ada ekspektasi positif pada hasil pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2014.
Di sisi lain, lanjut dia, muncul juga spekulasi bahwa inflasi bulan Juli tidak akan terlalu tinggi karena kenaikan harga rata-rata barang konsumsi tidak terlalu signifikan.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra memperkirakan penguatan rupiah terbatas di tengah kondisi geopolitik di Ukraina dan jalur Gaza dan mata dolar AS masih dipandang sebagai "safe haven".
Selain itu, ia menjelaskan, inflasi Amerika Serikat bulan Juni diperkirakan naik dan itu menjadi salah satu acuan bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) untuk menaikan suku bunga.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014