Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memaparkan sejumlah faktor kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi delapan (8) persen penuhi target Presiden Prabowo Subianto.

Ia merujuk pada pengalaman Indonesia mencapai pertumbuhan 8 persen saat 1995. Kala itu, pertumbuhan Indonesia didorong oleh sektor manufaktur, industri otomotif, konstruksi, jasa, dan investasi.

“Oleh karena itu, yang harus kita dorong adalah konsumsi tetap harus kita jaga, investasi harus tumbuh sekitar 10 persen, dan ekspor tumbuh 9 persen,” kata Airlangga dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang bertema Implementasi Asta Cita Menuju Indonesia Emas 2045 di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Adapun untuk sektornya tetap berfokus pada hilirisasi, jasa, pariwisata, konstruksi dan perumahan, ekonomi digital, pengembangan ekonomi baru (semikonduktor), dan transisi energi.

Baca juga: Ekonom proyeksi pertumbuhan ekonomi RI capai 5,15 persen pada 2025

Terkait transisi energi, pemerintah optimistis Indonesia bisa menjadi produsen energi hijau (green energy) tertinggi.

Lebih lanjut, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia yang tumbuh sebesar 4,95 persen (yoy) pada triwulan III-2024 ditopang oleh Pulau Jawa (56,84 persen) dengan sumber pertumbuhan utama di sektor industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi.

Kemudian, sebanyak 15 provinsi (setara 26,7 persen PDB) berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III. Daerah dengan pertumbuhan tertinggi yaitu Papua Barat (19,56 persen) dan Sulawesi Tengah (9,08 persen) yang disokong oleh hilirisasi sektor industri pengolahan dan pertambangan.

“Ini membuktikan bahwa dengan industrialisasi dan hilirisasi kita bisa maju. Ini juga yang membuat Bapak Presiden yakin bahwa pertumbuhan 8 persen kita bisa capai,” ujar Airlangga.

Baca juga: Ekonomi RI tetap tumbuh dan tangguh di tengah ketidakpastian global

Dia menyimpulkan strategi kebijakan menjaga pertumbuhan ekonomi salah satunya yaitu melalui dorongan hilirisasi SDA sebagai sumber pertumbuhan.

Lalu, menurunkan nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR), yaitu rasio yang menunjukkan efisiensi investasi suatu negara dalam menghasilkan output ekonomi. Makin rendah nilai ICOR, artinya investasi yang dikeluarkan lebih efisien dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.

Cara menurunkan ICOR antara lain melalui pemanfaatan infrastruktur yang tersedia dan peningkatan akses dan konektivitas.

Strategi berikutnya yaitu menyediakan fasilitas pendidikan/pelatihan vokasi dan program upskilling dan reskilling tenaga kerja yang dibutuhkan oleh Kawasan Industri/KEK di wilayahnya.

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024