Siapa pun yang nantinya terpilih sebagai kepala daerah perlu memiliki komitmen yang kuat dalam pencegahan dan penanganan stunting di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Mataram Prof. Dr. dr. Hamsu Kadriyan, Sp.THT-KL(K), M.Kes mendorong kepala daerah yang terpilih di Pilkada 2024 untuk fokus dalam pencegahan dan penanganan stunting.
"Siapa pun yang nantinya terpilih sebagai kepala daerah perlu memiliki komitmen yang kuat dalam pencegahan dan penanganan stunting di Indonesia, " ujar Hamsu saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Pengamat: MBG perlu jangkau daerah terpencil guna tekan stunting
Dia menambahkan, komitmen kuat kepala daerah tersebut, nanti tercermin dari pengalokasian anggaran di APBD dan kebijakan yang fokus pada pencegahan dan penanganan stunting. Selain itu, kebijakan yang diambil hendaknya berbasiskan hasil penelitian.
Hamsu memberi contoh di Nusa Tenggara Barat (NTB), terdapat hasil riset inter disiplin Action Against Stunting Hub (AASH) yang bermanfaat untuk pencegahan dan penanganan stunting. Oleh karenanya dalam webinar Diseminasi Studi AASH dan Diskusi Akselerasi Kebijakan Penurunan Stunting dengan Calon Gubernur NTB, Sabtu (2/11/2024), yang diselenggarakan dalam rangkaian kegiatan Dies Natalis FK UNRAM, pihaknya mendorong agar hasil riset itu diadopsi dan diimplementasikan untuk penanganan stunting.
"Apalagi NTB merupakan provinsi dengan angka stunting tertinggi nomor tiga di Indonesia. Perlu adanya komitmen kuat dari kepala daerah untuk pencegahan dan penanganan stunting ini, " imbuh dia.
Peneliti senior SEAMEO RECFON dan juga Country Lead, Dr. Umi Fahmida, mengatakan studi AASH yang dilakukan di Lombok Timur menunjukkan mayoritas ibu hamil di Lombok Timur terpapar asap rokok.
“Hampir 80 persen merupakan perokok pasif, jadi ibu-ibu hamil ini masih terpapar asap rokok," ucap Umi.
Tingkat stres pada ibu hamil di Lombok Timur cukup tinggi. Stres dialami 8 dari 10 ibu hamil, dan satu dari empat ibu mengalami depresi. Hal itu menunjukkan pentingnya kesehatan mental pada ibu hamil.
Baca juga: Kemendukbangga edukasi cegah stunting pada siswa SMA melalui gim
Hasil studi AASH menunjukkan terjadi pelonjakan angka stunting pada anak usia MPASI dari 12,2 persen saat usia 6 bulan menjadi 31,3 persen pada usia 12 bulan.
Calon Gubernur NTB dengan nomor satu, Dr. Ir. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd, mengatakan ke depan perlu adanya pendampingan psikolog bagi ibu hamil agar tidak stres.
“Membangun kesehatan tidak bisa parsial, harus komprehensif, harus multidispilin, dan harus ada datanya, juga pentingnya sinergi berbagai pihak, "kata Rohmi.
Selain itu, Rohmi juga menginisiasi Posyandu Keluarga yang mana kedua orang tua baik ayah dan ibu datang ke posyandu ataupun melalui sekolah. Sehingga orang tua mendapatkan edukasi terkait pengasuhan melalui Posyandu Keluarga.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A, M.PH, mengatakan kepala daerah juga perlu memperhatikan aspek keamanan pangan karena erat kaitannya dengan stunting. Studi AASH menemukan bahwa 80 persen ikan yang dikonsumsi terkontaminasi E. coli dan 21 persen terkontaminasi Salmonella.
"Ini cocok dengan gambaran angka kesakitan diare di NTB yang masih menduduki posisi nomor tiga di kalangan balita dan juga menjadi penyebab kematian pada bayi dan balita, " kata Eka. *
Baca juga: Dokter: Pemberian kental manis pada anak bisa ganggu preferensi rasa
Pewarta: Indriani
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024