Jakarta (ANTARA) - Olahraga kini bukan melulu soal adu ketangkasan fisik dan adu otak, tapi juga sudah menjadi industri yang menawarkan potensi cuan atau keuntungan besar apabila dikelola dengan baik dengan strategi pemasaran yang segar.

Seperti klub-klub olahraga di Eropa dan Amerika Serikat yang sukses secara finansial, cara-cara meraih laba bisa didapatkan bukan hanya dari pertandingan, tapi juga dari hal-hal yang tidak berkaitan dengan olahraga.

Sebagai gambaran, cabang-cabang populer seperti sepak bola, bulu tangkis, voli, dan bola basket, Indonesia sudah bisa memaksimalkan keuntungan lewat basis penggemar fanatik.

Setiap klub atau olahragawan harus memiliki basis penggemar yang kuat yang bisa ditempuh dengan berbagai cara, yang tentu saja dimulai dari prestasi.

Olahraga adalah tontonan yang menghibur. Setiap tim dan atlet harus memiliki kemampuan menyajikan pertandingan yang menghibur yang membangun basis penggemar yang besar. Ketika penggemar sudah militan, maka apapun akan dilakukannya demi idola.

Korea Selatan bisa menjadi contoh sukses mengenai bagaimana membangun basis penggemar yang kuat.

Melalui musik dan drama, mereka membuat penggemar-penggemarnya termasuk di Indonesia keranjingan kepada mereka, sampai rela membeli pernak-pernik atau mengeluarkan uang hanya untuk bertegur sapa dengan idolanya.

Baca juga: Menpora Dito berencana bentuk deputi khusus bidang industri olahraga

Pelibatan atau engagement menjadi raja dalam era ini, bagi siapa pun yang bisa menjual sesuatu.

Dalam olahraga, pelibatan penonton pertama kali didapat dari kualitas pertandingan yang menghibur.

Sebuah tim harus jago dalam pertandingan yang bisa menyenangkan penggemar. Setelah itu ,lagi-lagi engagement. Persona atlet harus terbangun agar menciptakan pelibatan tersebut.

Ambil contoh kompetisi bola basket IBL, yang musim ini mengubah format kompetisi dari pertandingan yang diselenggarakan oleh manajemen IBL, menjadi dikelola sepenuhnya oleh klub. Hasilnya, IBL sukses mendulang cuan tambahan bagi klub.

Pada Final IBL, Pelita Jaya Jakarta yang memenangkan final itu, membanderol harga tiket termurahnya pada Rp300 ribu. Tiket semahal itu tetap disambar penggemar sampai stadion disesaki oleh penonton. Tak ada kursi kosong.

Pelita Jaya juga berinovasi dalam menjual tiket pertandingan, dengan cara menjual kursi di tepi lapangan dengan harga tertinggi, namun disertai hak istimewa kepada penonton, yakni boleh berswafoto dan mendapatkan tandatangan pemain.

Cuan juga didapatkan dari cara lain, mulai dari penjualan jersey, merchandise, sampai semua produk terkait klub. Ini bisa menjadi sumber pendapatan besar.

Penggemar yang tergila-gila kepada klubnya niscaya membeli produk-produk ini untuk menunjukkan dukungan dan kecintaan mereka kepada klub itu.

Baca juga: Industri olahraga China kembangkan potensi dalam satu dekade terakhir

Copyright © ANTARA 2024