Di tengah dominasi Barat dalam sistem ekonomi dunia, BRICS menawarkan jalan alternatif bagi negara-negara berkembang untuk saling mendukung dan menciptakan sistem yang lebih adil dan inklusif.
Dalam sebuah kesempatan, Muhammad Faisal, Ekonom dari CORE Indonesia, menilai bahwa bergabung dengan BRICS dapat memberikan Indonesia peluang akses ke pasar yang lebih luas dan mendiversifikasi relasi ekonomi, khususnya dengan negara-negara BRICS.
Ia juga menekankan bahwa BRICS dapat menjadi platform bagi Indonesia untuk menyuarakan kepentingan negara berkembang dalam tatanan ekonomi global yang lebih adil.
Bagi Indonesia memang fenomena ini bukan seperti layaknya mengamati dari jarak jauh, namun lebih dari itu seperti sedang menghadirkan peluang besar untuk memperkuat ekonomi nasional dan menegaskan posisi Indonesia di panggung internasional.
Dalam konteks ini, penting bagi bangsa ini untuk memahami potensi keuntungan dan peluang yang bisa diraih serta menyadari dampak positifnya bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Salah satu peluang utama yang BRICS tawarkan bagi Indonesia adalah ekspansi pasar. Negara-negara dalam aliansi BRICS memiliki populasi besar dan tingkat konsumsi yang tinggi, yang bisa menjadikannya pasar potensial untuk produk-produk Indonesia.
Dari komoditas seperti kelapa sawit, kopi, dan hasil laut, hingga produk-produk manufaktur dan barang jadi, peluang Indonesia untuk menembus pasar negara-negara BRICS cukup menjanjikan.
Dengan membuka akses ke pasar-pasar baru ini, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada pasar konvensional seperti Amerika Serikat atau Eropa, yang cenderung fluktuatif dan seringkali terpengaruh oleh kebijakan proteksionis.
Diversifikasi pasar ekspor ini tidak hanya memberikan stabilitas bagi perekonomian nasional tetapi juga meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.
Di samping peluang ekspansi pasar, BRICS juga menawarkan kemungkinan kerja sama investasi yang signifikan.
Negara-negara anggota BRICS, terutama China dan India, memiliki kapasitas investasi yang besar dan minat yang kuat untuk berinvestasi di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Dengan adanya investasi dari negara-negara BRICS, Indonesia memiliki kesempatan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan sektor-sektor strategis, seperti energi, transportasi, dan manufaktur.
Investasi ini, jika dikelola dengan baik, akan memberikan efek positif pada pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, serta mendukung tercapainya target pembangunan nasional.
Sektor infrastruktur yang kuat akan memperkuat daya saing Indonesia dan menarik minat investor lain dari seluruh dunia.
Selain itu, BRICS dapat menjadi sarana bagi Indonesia untuk mengakselerasi pengembangan teknologi dan industri dalam negeri.
Negara-negara anggota BRICS, terutama China dan India, memiliki kemampuan dalam teknologi tinggi, seperti kecerdasan buatan, manufaktur cerdas, dan energi terbarukan.
Kerja sama teknologi ini akan sangat bermanfaat bagi Indonesia, yang saat ini sedang dalam tahap awal transformasi industri menuju teknologi yang lebih maju.
Melalui transfer pengetahuan dan kolaborasi dalam riset dan pengembangan, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan industri nasional yang berdaya saing dan inovatif.
Peningkatan penguasaan teknologi ini akan menjadi modal penting dalam membangun industri yang kuat dan mampu bersaing di era globalisasi.
Tantangan Tersendiri
Pada sektor pangan dan energi, BRICS juga menawarkan potensi kerja sama yang berharga. Ketahanan pangan adalah isu penting bagi Indonesia, dan kerja sama dengan BRICS dapat membantu meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri serta mengembangkan teknologi pertanian yang lebih efisien.
Dengan mengadopsi teknologi pertanian yang lebih maju dari negara-negara BRICS, Indonesia dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan memastikan pasokan pangan yang cukup untuk kebutuhan domestik sekaligus meningkatkan kapasitas ekspor.
Di sektor energi, terutama energi terbarukan, Indonesia juga memiliki potensi yang besar untuk berkolaborasi dengan negara-negara BRICS yang telah berinvestasi dalam bidang energi terbarukan.
Dengan adanya investasi dan kerja sama teknologi ini, Indonesia berpotensi mampu mempercepat transisi energi, mengurangi ketergantungan pada energi fosil, dan mendukung target pengurangan emisi karbon.
Keberadaan BRICS meski membawa peluang besar, tetapi bukan tanpa tantangan. Persaingan dengan negara-negara BRICS dalam beberapa sektor industri menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia.
Oleh karena itu, strategi yang matang diperlukan agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar konsumsi, tetapi juga produsen yang mampu bersaing secara kompetitif.
Pemerintah dituntut memiliki regulasi yang mendukung industri lokal dan memastikan bahwa kerja sama dengan BRICS akan menguntungkan industri dan tenaga kerja Indonesia.
BRICS juga menawarkan kesempatan bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya di kancah internasional.
Dalam sistem ekonomi global yang semakin terfragmentasi, BRICS menjadi simbol perjuangan negara-negara berkembang untuk mendapatkan suara yang lebih besar dan setara di arena internasional.
Dengan keterlibatan dalam BRICS, Indonesia memiliki kesempatan untuk memperjuangkan kepentingan nasional, mempengaruhi kebijakan global, serta meningkatkan diplomasi ekonomi.
Aliansi ini dapat menjadi platform bagi Indonesia untuk memajukan agenda-agenda nasional dan regional, seperti pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim, dan inklusi ekonomi.
Wijayanto Samirin, Ekonom Universitas Paramadina, menyatakan bahwa keanggotaan Indonesia di BRICS dapat meningkatkan daya tawar Indonesia di hadapan negara-negara anggota OECD.
Ia menekankan bahwa Indonesia akan semakin terkoneksi dengan komunitas ekonomi yang dinamis dan mewakili lebih dari 50 persen PDB dunia berdasarkan purchasing power parity (PPP).
Dengan melihat berbagai potensi yang ditawarkan, BRICS seharusnya menjadi inspirasi bagi semua untuk membangkitkan semangat nasionalisme ekonomi.
Melalui kerja sama yang saling menguntungkan, Indonesia dapat membangun ekonomi nasional yang lebih kuat, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Nasionalisme ekonomi tidak berarti menutup diri dari dunia luar, tetapi justru sebaliknya, makin terbuka untuk kerja sama yang mendukung kemajuan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Semangat nasionalisme ekonomi akan menjadi landasan bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan global dan mengoptimalkan setiap peluang yang ada.
Pada akhirnya, BRICS punya kemungkinan untuk menawarkan Indonesia bukan hanya peluang ekonomi tetapi juga kesempatan untuk memperkuat jati diri sebagai bangsa yang berdaulat dan mandiri.
Dengan memanfaatkan peluang ini secara cermat dan penuh perencanaan, Indonesia dapat menjadi negara yang lebih tangguh dalam menghadapi perubahan global.
Kolaborasi dengan BRICS bukanlah sekadar strategi ekonomi, namun lebih jauh, ini adalah langkah strategis untuk masa depan yang lebih baik.
Maka ini saat yang baik untuk menyambut peluang emas BRICS dengan optimisme, kerja keras, dan semangat nasionalisme ekonomi dalam upaya membangun Indonesia yang lebih kuat, sejahtera, dan berdaya di mata dunia.
Baca juga: Sejumlah manfaat aspek finansial bila Indonesia bergabung ke BRICS
Baca juga: Menakar potensi dan konsekuensi ekonomi dari keanggotaan RI di BRICS
Baca juga: Dubes Rusia: Indonesia kandidat yang sangat baik untuk anggota BRICS
Copyright © ANTARA 2024