"Kita harus percaya diri menghadapi pemerintahan Trump, bagaimana keputusan politik luar negeri kita bisa diterima Amerika Serikat, terutama di kawasan kita, ASEAN,"
Jakarta (ANTARA) - Pengamat isu strategis nasional dan isu politik internasional Prof. Imron Cotan mengatakan Indonesia harus percaya diri dalam menghadapi pemerintahan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Diplomat senior itu mengatakan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS harus diterima semua negara di dunia, termasuk Indonesia, meski akan mengalami sedikit kesulitan dalam pola hubungan kedua negara.
"Kita harus percaya diri menghadapi pemerintahan Trump, bagaimana keputusan politik luar negeri kita bisa diterima Amerika Serikat, terutama di kawasan kita, ASEAN," kata Imron dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Sebaliknya, dia berharap terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS hendaknya menjadi solusi dan momentum bagi Indonesia untuk meningkatkan perannya di tingkat global sebagai negara middle power.
Sebab, kata dia, masyarakat AS diprediksi akan kembali menghadapi pembelahan usai Trump terpilih sebagai Presiden AS sehingga fokus perhatian kebijakan politik luar negerinya akan terpecah.
"Jadi bagi Indonesia, terpilihnya Trump harus dipandang bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah," kata mantan Duta Besar RI untuk Australia itu.
Sebagai negara middle power, dia menilai Indonesia bebas memberikan masukan atau menjalin kerja sama dengan berbagai negara di berbagai forum.
"Secara umum, Indonesia harus fokus untuk meningkatkan daya tawar di tingkat global, salah satu forum yang bisa digunakan adalah BRICS," katanya.
Dengan kekuatan sebagai negara middle power itu, lanjut dia, Presiden RI Prabowo Subianto bisa mendorong penyelesaian konflik di Timur Tengah, serta mewujudkan negara Palestina lantaran Donald Trump hanya berkomitmen untuk mengakhiri perang antara Rusia-Ukraina saja.
Sementara itu, aktivis demokrasi dan mantan anggota Dewan Kota di AS Chris Komari mengingatkan bahwa Donald Trump merupakan sosok Presiden AS yang dikenal nekat.
"Trump menjadi Presiden Amerika pertama yang melakukan perang dagang dengan China memberikan kenaikan tarif yang luar biasa sampai 500 billion dollar," kata Chris.
Dia menyebut Trump merasa perlu melakukan perlindungan bisnis AS lantaran menilai China tidak fair dalam melakukan perdagangan dengan berbagai negara, termasuk dengan AS.
"Karena itu, terpilihnya Trump ini, saya tidak ingin mengatakan sebagai kabar buruk. Tetapi menurut jenderal di Pentagon, Donald Trump ini orangnya suka nekat. Mudah-mudahan tidak terjadi Perang Dunia III," tuturnya.
Sebab di samping memerangi China, lanjut dia, Trump juga mendukung penyerangan terhadap Iran, serta mendukung semua kebijakan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu di Timur Tengah.
"Saya mengkhawatirkan soal Palestina, kalau Ukraina sesuai janji Trump akan diselesaikan. Mudah-mudahan antara senat dan legislatif, bisa balance kekuatannya sehingga ada kontrol. Putusan pengadilan saja sudah membuktikan Trump bersalah atas 34 dakwaan kejahatan, tidak bisa berbuat apa-apa," kata dia.
Adapun Donald Trump, capres dari Partai Republik AS, dipastikan memenangi Pilpres 2024 dan menjadi Presiden ke-47 AS, menurut data Fox News dan Associated Press (AP) yang dipantau pada 7 November WIB.
Trump telah meraih 293 suara elektoral, melewati ambang batas 270 suara elektoral yang diperlukan untuk menang Pilpres AS. Kamala Harris, capres dari Partai Demokrat, sampai saat ini baru mengantongi 226 suara elektoral.
Selain itu, menurut data hitung cepat AP, Trump meraih suara pemilih sebesar 50,9 persen, sementara Harris mendapat 47,6 persen.
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024