Kami akan selalu berupaya untuk memberikan edukasi kepada remaja Indonesia akan pentingnya perencanaan kehidupan berkeluarga

Jakarta (ANTARA) - Ketua Forum Generasi berencana (Genre) terus meningkatkan edukasi tentang pentingnya perencanaan dan persiapan sebelum berkeluarga kepada remaja untuk mengatasi fenomena keengganan menikah.

“Kami sebagai Forum Genre Indonesia tentunya melihat keputusan menunda atau tidak menikah adalah hak setiap orang. Namun, kami akan selalu berupaya untuk memberikan edukasi kepada remaja Indonesia akan pentingnya perencanaan kehidupan berkeluarga,” kata Ketua Forum Genre I Putu Arya Aditya saat dihubungi melalui pesan singkat di Jakarta, Kamis.

Ia juga menyampaikan bahwa isu penundaan menikah menjadi salah satu isu yang dibahas saat Forum Genre bersilaturahim kepada Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) Wihaji dan Wamendukbangga Ratu Isyana Bagoes Oka.

“Isu penundaan dan keengganan menikah menjadi salah satu isu yang dibahas oleh Pak Menteri dan Ibu Wamen karena beririsan juga dengan fokus pergerakan dari Forum Genre Indonesia, yaitu membantu remaja dalam mempersiapkan kehidupan berkeluarganya,” ujarnya.

Menurutnya, fenomena penundaan dan keengganan menikah dari anak muda disebabkan oleh banyak faktor, tidak hanya ekonomi, tetapi juga faktor sosial, kesehatan mental, maupun budaya, sehingga Forum Genre terus berupaya tidak hanya melakukan edukasi, tetapi juga pemberdayaan anak-anak muda.

“Kami telah melakukan pemberdayaan terhadap remaja Indonesia terkait dengan pengembangan pendidikan dan karirnya, sehingga dengan pendidikan yang tinggi dan karir yang bagus, saya kira kesiapan untuk melakukan kehidupan berkeluarga akan otomatis terjadi, kuncinya adalah tentang kesiapan,” tuturnya.

Sementara itu, Mendukbangga Wihaji menyatakan bahwa Forum Genre dapat membawa manfaat yang besar bagi pembangunan keluarga, utamanya untuk mengedukasi para remaja.

“Ibarat bunga, lebah dan madu, saya berharap Genre dapat menjadi bunga yang dapat memikat lebah -remaja- dan menghasilkan madu sebagai kebermanfaatan, karena saya menilai Genre ini adalah sesuatu yang besar dan sangat terlihat dampaknya,” kata Wihaji.

Sedangkan Wamendukbangga Isyana berharap Forum Genre terus berlanjut memberikan dampak yang positif bagi remaja, serta terus menghasilkan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi pembangunan keluarga.

Sebelumnya, Kepala BKKBN 2019-2023 Hasto Wardoyo sempat menyebutkan bahwa latar pendidikan yang semakin tinggi menjadi salah satu penyebab mundurnya usia menikah.

“Semakin kaya, pendidikan semakin tinggi dan bermukim di perkotaan, berkorelasi erat dengan median usia menikah yang semakin mundur,” kata Hasto.

Berdasarkan laporan kinerja Kedeputian Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga (KSPK) BKKBN, median usia kawin pertama (MUKP) perempuan juga semakin mundur dalam rentang waktu 2020-2023.

Pada tahun 2023, dari target MUKP 22,1 tahun, telah tercapai 22,3 tahun, atau 100,90 persen, yang artinya, sebagian perempuan menikah untuk pertama kali di usia 22,3 tahun pada tahun 2023, setelah sebelumnya selama tiga tahun terakhir, usia menikah perempuan rata-rata pada 20-21 tahun.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024