"Akan ada tes urine untuk pengemudi bus. Dimungkinkan dilakukan pekan ini," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terminal Giwangan Yogyakarta Bekti Zunanta di Yogyakarta, Senin.
Tes urine untuk memastikan bahwa kondisi fisik pengemudi siap untuk mengemudikan kendaraan sebagai salah satu upaya menjamin keamanan dan keselamatan penumpang.
Ia berharap, tidak ada lagi temuan pengemudi bus yang dinyatakan tidak diperbolehkan menjalankan kendaraan karena diketahui mengonsumsi amfetamin, alkohol, atau narkoba.
Pada tahun lalu, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Yogyakarta menemukan dua pengemudi bus yang diketahui mengonsumsi amfetamin sehingga dilarang menjalankan kendaraan. Amfetamin merupakan salah satu zat turunan ekstasi.
Selain tes urine untuk memastikan kesiapan fisik pengemudi bus, Terminal Giwangan juga sudah menyiapkan tempat istirahat untuk pengemudi dan awak bus, khususnya bus malam.
"Kami sudah siapkan tempat istirahat. Meskipun sederhana, namun bangunan ini bisa dimanfaatkan untuk beristirahat sekitar 30 pengemudi dan kru bus," katanya.
Ia pun berharap, seluruh pengemudi bisa menjaga kesehatan dan kondisi fisiknya, namun dengan tidak mengonsumsi obat-obatan atau suplemen lain yang mengandung zat berbahaya.
Puncak arus mudik di Terminal Giwangan Yogyakarta diperkirakan pada H-3 Lebaran dengan total jumlah penumpang sekitar 27.000 orang atau melonjak dibandingkan dengan rata-rata jumlah penumpang pada hari biasa, yaitu antara 18.000 hingga 20.000 penumpang.
Selama masa Angkutan Lebaran, Terminal Giwangan telah menyiapkan sejumlah posko, mulai dari posko keamanan, informasi hingga kesehatan yang bisa diakses oleh penumpang apabila membutuhkan. ***3***
(E013/M029)
Pewarta: Eka Arifa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014