Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Pengawasan Obat dan Makanan (POM), Syamsidar Thamrin menyampaikan terdapat beberapa temuan yang menarik terkait peminatan pelatihan pegawai ke luar negeri yang masih didominasi oleh pegawai luar Jawa.

Dia menegaskan, dari 50 peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan luar negeri, seperti ke Korea Selatan selama lima hari, 40 persen di antaranya adalah pegawai yang berasal dari Pulau Sumatera.

“Dari 50 itu, 40 persen itu dari sumatera, ini orang Sumatera suka Korea atau karena diusulkan oleh bos mereka,” kata Syamsidar Thamrin pada Rapat Kerja Nasional Tahunan PFMI secara daring, Kamis.

Tidak hanya antusias yang sangat tinggi yang ditorehkan oleh pegawai dari luar Pulau Jawa, kompetensi berbahasa Inggris dari para pegawai BPOM yang berada di luar Jawa juga memiliki nilai yang cukup memuaskan.

Hal tersebut terlihat dari beberapa persyaratan yang harus dilalui oleh para pegawai yang hendak mengikuti program pelatihan ke luar negeri seperti yang di Korea Selatan beberapa waktu yang lalu, yakni nilai Toefl.

“Yang lebih menarik lagi, nilai Bahasa Inggrisnya cenderung yang dari luar Jawa nilainya ini lebih bagus dari UPT yang ada di Jawa,” ujar dia.

Sehingga, dia menyimpulkan bahwa hal tersebut bisa terjadi berkat makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh pegawai-pegawai yang ada di luar Jawa, yang dinilai lebih natural dan segar ketimbang pegawai yang ada di Pulau Jawa.

“Ini penilaian khusus yang ada di BPOM saja ya, nilai lebih tinggi Bahasa Inggrisnya. Nah, menurut saya, apakah ini gara-gara makanan yang di luar Jawa sering konsumsi makanan ikan dan juga makanan-makanan yang lebih natural,” jelas dia.

Bahkan, menurut dia, terdapat beberapa pegawai yang sudah menerima beasiswa selama dua tahun berturut-turut berasal dari Loka BPOM yang ada di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.

“Ternyata ada hikmahnya juga, teman-teman yang ditempatkan di Loka atau balai yang boleh dibilang daerah 3T, yang juga boleh dibilang load pekerjaan kurang, karena jarang pabrik dan usaha yang jarang harus dimonitor sehingga mereka bisa belajar lebih banyak,” ucap dia.

Baca juga: BPOM amankan 76.420 latiao asal China dari 33 toko, cegah keracunan
Baca juga: BPOM setop sementara produk latiao asal China, respon kasus keracunan


Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024