Bukan hanya dari sisi waktu kami rugi, tapi juga rugi uang karena harus makan sampai tiga kali sehari di Pelabuhan. Biasanya ya satu kali sambil menunggu pemberangkatan. Ini kami sudah dua hari di pelabuhan belum diberangkatkan."

Lombok Barat (ANTARA News) - Antrean kendaraan roda empat yang mengangkut penumpang dan barang di Pelabuhan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, hingga Senin dini hari, sudah mencapai dua kilometer akibat kerusakan salah satu dermaga di Pelabuhan Padangbai, Bali.

Pantauan Antara, antrean kendaraan roda empat tersebut tidak hanya menumpuk di dalam kawasan pelabuhan, tapi meluber hingga ke badan Jalan Raya Lembar yang menjadi akses satu-satunya menuju arah Kota Mataram, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sebagian besar kendaraan roda empat yang menunggu pemberangkatan adalah jenis truck fuso yang mengangkut komoditas hasil pertanian, selebihnya kendaraan mini bus dan bus antar kota antar provinsi (Akap).

"Antrean kendaraan di Lembar, tidak separah yang terjadi di Pelabuhan Padangbai, yang mencapai tiga kilometer. Itu informasi yang saya terima dari rekan yang baru tiba dari Bali malam ini," kata Nelson Dello, staf Otoritas Pelabuhan Pelayaran (OPP) Lembar, yang ditemui ketika sibuk mengatur jadwal pelayaran.

Menurut dia, kondisi ini sebagai dampak dari terbakarnya kapal motor (KM) Gelis Rauh beberapa hari lalu dan bersamaan dengan adanya perbaikan satu dermaga di Pelabuhan Padangbai.

"Ketika peristiwa kebakaran terjadi, pelayaran dari Lembar sempat ditutup sekitar enam jam, namun setelah dibuka ada lagi yang menghambat, yakni perbaikan dermaga di Padangbai," ujarnya.

Namun, kata dia, perbaikan sudah selesai dilakukan, sehingga kemungkinan antrean panjang kendaraan di Lembar, akan segera terurai.

"Kalau tidak malam ini, ya mudahan besok pagi sudah normal kembali karena informasinya perbaikan dermaga di Padangbai sudah selesai tadi sore sekitar pukul 15.00 Wita," kata Nelson.

Sementara itu, sejumlah sopir truck fuso yang mengantre mengaku rugi dengan kondisi yang tidak menentu di pelabuhan karena mereka harus kehilangan waktu hingga berhari-hari menunggu jadwal pemberangkatan.

"Bukan hanya dari sisi waktu kami rugi, tapi juga rugi uang karena harus makan sampai tiga kali sehari di Pelabuhan. Biasanya ya satu kali sambil menunggu pemberangkatan. Ini kami sudah dua hari di pelabuhan belum diberangkatkan," katanya diamini rekan sopir lainnya.

Ia berharap agar pemerintah memperhatikan kondisi ini dan tidak terjadi lagi di kemudian hari karena tentu akan berdampak terhadap kelancaran ekonomi daerah dari perdagangan komoditas hasil pertanian antarpulau. (WLD)

Pewarta: Awaludin
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014