Jakarta (ANTARA) - Usia nol hingga tiga tahun merupakan fase paling krusial bagi kehidupan seorang anak. Pada masa tersebut, otak anak berkembang dengan pesat, bahkan pada usia tiga tahun mencapai 80 persen dari berat otak orang dewasa.
Sejumlah studi mengungkapkan perkembangan sel syaraf otak anak usia dini mencapai 90 persen yang menentukan kemampuan penglihatan, berbahasa dan kognitif yang sangat cepat.
Oleh karenanya, perlu adanya stimulasi kemampuan berbahasa, membaca, matematika, berpikir kritis, maupun bekerja sama dengan sesamanya agar perkembangan otak anak mencapai potensi paling optimal.
Namun sayangnya, belum ada wadah resmi yang menaungi anak-anak yang berusia nol hingga tiga tahun tersebut.
Dalam lokakarya kedua Early Childhood Education and Development (ECED) Council yang dihadiri sejumlah pakar perkembangan anak usia dini di Jakarta pada akhir Oktober lalu disebutkan bahwa berinvestasi pada tahun awal kehidupan anak akan membantu memutus siklus kemiskinan, mengatasi ketidaksetaraan, dan meningkatkan produktivitasnya di kemudian hari.
Program Capai Potensi Anak Indonesia (CAPAI) yang diadaptasi dari Reach Up and Learn mendapatkan respon positif dari para ibu yang merasa senang mampu meningkatkan kapasitasnya dalam pengasuhan anak.
Program yang mulai diujicobakan pada keluarga rentan tersebut dimulai di empat desa yang terdapat di Kabupaten Bojonegoro mulai 2022 itu, bertujuan membangun kapasitas orang tua, mendorong perkembangan kognitif dan emosi anak-anak melalui permainan dan interaksi responsif yang disampaikan oleh para profesional.
Untuk sesi ibu diselenggarakan setiap dua minggu sekali, yang mana setiap selesai sesi, setiap partisipan akan menerima bahan pangan dan buah untuk anak. Tak hanya ditujukan pada ibu, juga diselenggarakan sesi ayah, yang bertujuan membuka kesempatan bagi ayah untuk mengeksplorasi keterlibatan dalam pengasuhan anak.
Sementara, Tanoto Foundation membuat layanan stimulasi bagi anak usia 0-3 tahun yang masih terbatas di Indonesia. Program yang dinamakan Rumah Anak SIGAP tersebut itu merupakan model layanan stimulasi berbasis masyarakat bagi anak 0-3 tahun yang dimulai sejak akhir Desember 2021.
Measurement, Learning, and Evaluation Lead for ECED Tanoto Foundation, Muchammad Arief Firdaus, mengatakan dari hasil riset “Impact of Community Based Early Child Stimulation Service for Children 0-3 Years” menyebutkan layanan Rumah Anak SIGAP tersebut memberikan dampak positif pada tumbuh kembang anak.
Sebanyak 55,6 persen anak-anak yang diintervensi memiliki skor Caregiver-Reported Early Development Index (CREDI) di atas referensi normal dibandingkan dengan 39,1 persen anak-anak yang tidak diintervensi. Dampak positif lainnya, anak usia 24-29 bulan secara konsisten terjadi pada setiap aspek tumbuh kembang anak: kognitif, bahasa, motorik, dan sosial emosional.
Riset tersebut dilakukan terhadap 455 orang dalam dua kelompok studi terdiri dari 262 peserta intervensi dan 193 peserta non-intervensi di 16 desa intervensi dan 16 non intervensi di Banten, DKI Jakarta dan Kalimantan Timur.
Dalam kegiatan Rumah Anak Sigap, layanan diberikan diantaranya stimulasi individu delapan sesi setiap bulan, kelompok bermain dua kali setiap bulannya, sesi tematik satu kali dalam sebulan dan kunjungan ke rumah satu kali dalam sebulan.
Melalui layanan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan akan pengasuhan yang berujung pada praktik pengasuhan yang baik serta berdampak pada tumbuh kembang anak yang sesuai umur.
Dari hasil studi itu diketahui bahwa keterlibatan pengasuh dan penyediaan materi pembelajaran menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Keterlibatan pengasuh mulai dari berbicara kepada anak saat mengerjakan pekerjaan rumah, memberi anak kesempatan untuk berkembang, memuji usaha anak, dan menjaga kontak visual serta kontak mata yang sering dengan anak.
Studi itu juga merekomendaskan perlunya layanan pengasuhan dan stimulasi perlu diberikan kepada anak sejak usia dini yang mana idealnya sejak usia 0-5 bulan. Kemudian berikan dukungan berkelanjutan kepada orang tua/pengasuh selama dua tahun, termasuk kegiatan stimulasi tumbuh kembang anak
Ilmu perilaku
Tak hanya memastikan tersedianya layanan bagi anak usia dini, perlu adanya pendekatan ilmu perilaku untuk mengubah perilaku pengasuhan orang tua ataupun pengasuh utama lainnya. Melalui proyek percontohan Ber-3, orang tua maupun pengasuh diajak untuk melakukan kegiatan stimulasi yakni bernyanyi, bergerak dan berbicara dengan anak.
Melalui program yang diselenggarakan Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN bersama Tanoto Foundation dan didukung Tulodo tersebut, orang tua melakukan stimulasi atau rangsangan perkembangan pada anak mereka yang usia 0-5 tahun saat kegiatan pengasuhan. Misalnya pada saat mandi, makan, menjelang tidur ataupun saat kerjakan tugas rumah tangga, misal masak, bersihkan rumah, mencuci.
Selama dua bulan pelaksanaan program pada Agustus dan September 2024, perilaku orang tua dalam mempraktikkan stimulasi dan kegiatan pengasuhan mengalami peningkatan meskipun belum signifikan. Terjadi peningkatan karena kegiatan Ber-3 bisa melalui kegiatan masak, bersihkan rumah, cuci pakaian, dan ikut belanja.
Direktur Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI) yang juga pakar perkembangan anak usia dini, Nina Sardjunani, mengatakan layanan dan investasi pada anak usia dini harus ditingkatkan agar optimal kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritualnya. Dalam jangka panjang, akan memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada bangsa.
Saat ini, sebagian dunia saat ini menghadapi krisis sumber daya manusia. Indeks Sumber Daya Manusia Bank Dunia memperkirakan seorang anak yang lahir hari ini hanya akan mencapai 56 persen dari produktivitas orang dewasa karena risiko kesehatan dan pendidikan yang buruk.
Tidak optimalnya perkembangan anak tersebut disebabkan karena asupan gizi yang tidak memadai, kurangnya stimulasi dan pembelajaran dini, serta paparan kemiskinan dan stres. Salah satu intervensi yang bisa dilakukan agar anak bisa tumbuh berkembang secara optimal adalah melalui PAUD Holistik Integratif (HI). Melalui penyediaan layanan anak usia dini yang memadai, diharapkan Indonesia Emas seperti yang dicita-citakan dapat lebih mudah digapai.
Copyright © ANTARA 2024