Keluarga
Kembali ke peran keluarga, cerita tentang tasawuf di atas, tidak akan terjadi jika anggota keluarga yang tangki cintanya kosong bertemu dengan jebakan kaum radikalis.
Mereka dengan mudah dicuci otak kemudian diisi secara dogmatis dengan paham baru, dan tentu perilakunya akan berubah menjadi sosok yang bengis. Karena jumlahnya minoritas, maka mereka biasanya berkamuflase, dengan tidak menampakkan wajah aslinya yang sewaktu-waktu bisa membunuh dengan cara sadis.
Oleh karena itu, untuk menangkal paham radikal, di luar yang sudah dikerjakan oleh negara lewat Densus 88 dan aparat lainnya, keluarga menjadi fondasi penting dan utama.
Keluarga harus menjadi tempat yang nyaman bagi semua anggotanya, khususnya anak, untuk tempat mencurahkan perasaan tanpa penghakiman. Penghakiman atas semua cerita anak dalam keluarga, membuat si anak mencari pelampiasan curhat di luar rumah. Kalau kegalauan si anak ditangkap oleh kelompok radikal, tentu sangat berbahaya sehingga anak mudah terjerembab dalam ikatan paham keagamaan yang radikal.
Kata bijak dari khazanah Arab bahwa "rumahku adalah surgaku" harus betul-betul dihadirkan dalam keseharian di rumah tangga sehingga tangki cinta anak selalu penuh.
Dengan demikian, maka upaya memberantas radikalisme dan terorisme ini jangan hanya ditimpakan kepada negara, melainkan perlu kerja bersama, khususnya untuk langkah pencegahan. Mari kita ciptakan rumah sebagai tempat ternyaman dan terindah bagi seluruh anggota keluarga lainnya.
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024