Jakarta (ANTARA) - PT Dirgantara Indonesia (DI) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupaya mempercepat pengembangan pesawat terbang tanpa awak (PTTA) berkemampuan MALE buatan dalam negeri sehingga dapat segera masuk tahap uji terbang.
PTTA MALE buatan dalam negeri merupakan satu dari 10 program prioritas industri pertahanan nasional yang dirintis sejak pemerintahan Presiden Ke-7 Jokowi Widodo dan berlanjut pada masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“PT DI dan BRIN sudah konsolidasi untuk bisa secepatnya menerbangkan PTTA MALE ini,” kata Direktur Utama PT DI Gita Amperiawan menjawab pertanyaan ANTARA terkait PTTA MALE saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Namun, Gita belum dapat mengungkap detail tahapan pengembangan PTTA MALE buatan dalam negeri itu.
Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) dalam rapat koordinasi tindak lanjut program PTTA MALE di Jakarta akhir bulan lalu (31/10) kembali menegaskan PT DI sebagai koordinator (lead integrator) untuk pengembangan PTTA buatan dalam negeri itu.
Ketua Tim Pelaksana (Katimlak) KKIP Letjen TNI (Purn.) Yoedhi Swastanto saat memimpin rapat koordinasi itu, sebagaimana disiarkan laman resmi KKIP, menyebutkan perlu ada konsorsium baru dan pemetaan industri dalam negeri apa saja yang bakal dilibatkan dalam pengembangan PTTA berkemampuan medium-altitude long endurance (MALE) untuk kebutuhan tempur/kombatan.
Dalam rapat itu, PT DI yang diwakili Direktur Utama Gita Amperiawan, PTTA MALE Elang Hitam (EH-1B) bakal menjadi dasar pengembangan PTTA MALE kombatan buatan dalam negeri.
“Apabila telah siap baik dari aspek teknis, anggaran, maupun pendukung lainnya, akan dilaksanakan uji terbang PTTA MALE EH-1B di Pangkalan TNI AU Iswahjudi Madiun,” demikian siaran resmi KKIP.
Dalam rapat yang sama, Wakil Kepala BRIN Prof. Amarulla Octavian juga menyebutkan hasil identifikasi masalah teknis PTTA MALE Elang Hitam. Namun, KKIP tidak dapat mengungkap masalah-masalah yang saat ini dihadapi dalam pengembangan Elang Hitam.
Pengembangan PTTA MALE buatan dalam negeri Elang Hitam dirintis sejak 2015 dan konsorsium untuk itu dibentuk pada 2017 yang terdiri atas Kementerian Pertahanan RI, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), TNI Angkatan Udara, Institut Teknologi Bandung, PT Dirgantara Indonesia dan PT Len Industri, kemudian pada 2019 bertambah satu anggota, yaitu Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
PT DI dan BPPT — sekarang melebur menjadi bagian dari BRIN — pada 2019 berhasil membuat rangka (airframe) PTTA MALE Elang Hitam dan meluncurkan itu ke hadapan publik di hanggar PT DI, Bandung, Jawa Barat.
Namun pada 2020, BRIN mengumumkan program pengembangan Elang Hitam dialihkan dari versi militer menjadi drone sipil. Kepala BRIN saat itu, Laksana Tri Handoko, menjelaskan pengalihan itu karena ada kendala penguasaan sejumlah teknologi kunci. Keputusan itu juga karena hasil uji terbang yang gagal pada 2021.
Berlanjut ke hasil Rapat Pleno KKIP pada Oktober 2024, pengembangan PTTA MALE untuk kebutuhan militer kembali berlanjut, dan dipimpin oleh PT DI sebagai lead integrator.
Baca juga: PT DI bidik perakitan akhir, MRO, uji terbang dan sertifikasi KF-21
Baca juga: Kemenhan: Dukungan ke PT DI berkontribusi pada kemajuan industri
Baca juga: BRIN segera uji terbang radar resolusi tinggi
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024