Dalam kejadian tersebut, sejumlah fasilitas pendidikan dan keagamaan rusak akibat terdampak fenomena alam tersebut. Selain itu, terdapat pula fasilitas pendidikan dan keagamaan yang dialihfungsikan menjadi posko pengungsian.
"Apa yang kami lihat di sini akan kita catat dan akan kita laporkan ke kementerian/lembaga terkait," kata Wamensos Agus saat mengunjungi Posko Pengungsian di Desa Lewolaga, Kab. Flores Timur, NTT, Rabu.
Agus mengungkapkan pihaknya telah memetakan masalah yang ditimbulkan akibat bencana ini menjadi dua bagian, di antaranya masalah dasar yang darurat seperti makanan, obat-obatan, dan tempat tinggal, juga masalah yang bisa diselesaikan setelah kondisi sudah lebih membaik.
"Ke depan, kalau kemudian pemerintah daerah setempat menyatakan bisa kembali, kondisi tanggap darurat selesai, maka masalah itu juga akan kita koordinasikan kepada kementerian/lembaga yang terkait," jelasnya.
Oleh karena itu, Agus menyebut pihaknya juga menyediakan berbagai fasilitas pendukung untuk para pengungsi, yang diharapkan bisa menggantikan kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
"Kami ingin pastikan anak yang tidak sekolah karena sekolahnya hancur dan mengungsi untuk tetap belajar lewat tenda darurat. Kami akan siapkan guru dan tendanya," ujarnya.
Sebelumnya, erupsi besar Gunung Lewotobi Laki-laki terjadi pada 3 November 2024 pukul 23.57 WITA. Letusan kali ini mengakibatkan peningkatan status gunung dari Level III (Siaga) ke Level IV (Awas).
Korban jiwa tercatat sebanyak 10 orang dan 63 orang mengalami luka-luka, dengan rincian 31 orang mengalami luka berat dan 32 orang mengalami luka ringan.
Sebanyak 2.472 orang mengungsi ke tiga titik pengungsian terpusat, yakni di Desa Konga yang menampung 1.219 orang, Desa Bokang dengan 606 pengungsi, dan Hokeng dengan 647 pengungsi.
Selain pengungsian terpusat, terdapat juga pengungsian mandiri di rumah-rumah warga sekitar, yang jumlahnya masih dalam proses pendataan.
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024