Melalui pemulangan 15 tengkorak manusia ini ke Kepulauan Tanimbar, diharapkan dapat menjadi rekam jejak sejarah peradaban dan ilmu pengetahuan bagi generasi penerus bangsa,
Ambon (ANTARA) - Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Ambon, Maluku memberikan layanan importasi pemulangan 15 tengkorak manusia leluhur Desa Amtufu Lorulung, di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, yang dikirim Museum Vrolik Amsterdam, Belanda.
Barang yang datang dari Belanda, setibanya di terminal kargo Bandara Pattimura dilakukan pengecekan singkat kemudian diserahterimakan kepada tm pemulangan 15 tengkorak asal Amtufu Lorulung, Tanimbar, kata Kepala Kantor Bea Cukai Ambon, Farid Irfan di Ambon, Rabu.
Ia mengatakan, 15 tengkorak manusia ini dikembalikan oleh Museum Vrolik Amsterdam, Belanda ke rumah adat Desa Amtufu Lorulung, Tanimbar.
“Melalui pemulangan 15 tengkorak manusia ini ke Kepulauan Tanimbar, diharapkan dapat menjadi rekam jejak sejarah peradaban dan ilmu pengetahuan bagi generasi penerus bangsa,” katanya.
Barang diimpor menggunakan mekanisme rush handling yaitu pelayanan kepabeanan yang diberikan atas barang impor tertentu karena karakteristik perlu segera dikeluarkan dari kawasan pabean yakni melalui Bandara Soekarno-Hatta.
Optimalisasi pelayanan importasi barang merupakan wujud komitmen Bea Cukai Ambon untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna jasa.
Bea Cukai Ambon berkomitmen akan terus memberikan pelayanan prima demi mendukung kelancaran ekspor impor di wilayah Maluku
"Kami tetap memberikan pelayanan ekspor 24 jam selama tujuh hari dalam seminggu, sebagai wujud pelayanan optimal kepada pengguna jasa khususnya eksportir di Maluku," katanya.
Ringkasan pendek sejarah 15 tengkorak ini berawal dari petugas medis militer tentara HIndia belanda yang mengunjungi Amtufu pada tahun 1912, lalu membawa tengkorak ini ke Belanda untuk dilakukan penelitian.
Selama kurang lebih 100 tahun tengkorak tersebut menetap di Museum Vrolik dan menjadi koleksi Museum Vrolik.
Pihak museum berharap lewat pengembalian sisa-sisa leluhur ini akan membantu supaya luka yang terjadi selama masa kolonial Belanda akan pulih kembali.
Pewarta: Penina Fiolana Mayaut
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2024