Jakarta (ANTARA) - Wahana Visi Indonesia (WVI) menurunkan tim respons bencana yang akan bersiaga selama satu bulan untuk mendistribusikan bantuan, seperti paket tenda, masker medis, hingga air bersih kepada korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Direktur Nasional Wahana Visi Indonesia Angelina Theodora menyampaikan pihaknya sangat prihatin atas bencana erupsi Gunung Lewotobi yang terjadi pada Minggu (3/11) pukul 23.57 WITA.
“Lokasi bencana tersebut dekat dengan beberapa area program kami, sehingga kami memastikan anak-anak dan masyarakat di lokasi bencana mendapat dukungan yang layak di tengah situasi yang sulit ini,” kata Angelina dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Badan Geologi sebut Gunung Lewotobi Laki-Laki masih berpotensi erupsi
Sebagai organisasi yang berfokus pada anak, WVI menyampaikan bahwa pihaknya juga akan memberi dukungan psikososial kepada anak-anak dan masyarakat terdampak di kamp evakuasi (pengungsian).
Pada tahap awal, WVI akan mengaktivasi program cash and voucher (CVP) atau bantuan nontunai agar masyarakat tetap mampu memenuhi kebutuhan dasar selama tanggap bencana.
WVI mengajak publik untuk turut membantu anak-anak dan orang dewasa yang sedang mengalami kemalangan akibat erupsi Gunung Lewotobi, dukungan donasi melalui yayasan tersebut.
Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Flores Timur Yos Bella mengatakan perlu dukungan dari lembaga lain untuk kebutuhan selain makanan dan kegiatan psikososial. Ia berharap kehadiran WVI bisa berkontribusi untuk meringankan beban para korban.
Pemerintah Kabupaten Flores Timur, kata Yos, sudah menurunkan tim reaksi secepatnya untuk mengevakuasi masyarakat ke titik aman. Menurutnya, dukungan logistik dari kabupaten tetangga sudah tersedia, tetapi masih dibutuhkan dukungan yang banyak untuk jangka panjang.
“Melalui Dinas PUPR, pemerintah sedang mencari lokasi aman dan tersedia untuk hunian sementara,” kata dia.
Yos berharap ke depannya pemerintah dan lembaga-lembaga kemanusiaan yang terlibat dalam membantu masyarakat yang terdampak dapat tetap saling berkoordinasi. Hal ini diperlukan untuk langkah-langkah strategis dalam dukungan untuk meringankan beban para penyintas, terutama mereka dalam menghadapi musim hujan saat ini.
Baca juga: DPR: Penyelamatan warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi prioritas
Baca juga: BPPW NTT kirim tim pastikan layanan sanitasi korban erupsi Lewotobi
Sebelumnya, pemerintah setempat menyatakan level III (siaga) sejak September hingga akhir Desember tahun ini. Dengan meningkatnya skala dari aktivitas vulkanik ini, Pusat Vulkanologi menaikkan status erupsi ini ke level tertinggi, yaitu level darurat tingkat IV.
Erupsi gunung berapi yang terjadi di Kecamatan Wulanggitang dan Ile Bura ini terpantau melalui seismograf dengan amplitudo yang mencapai 47,3 milimeter selama lebih dari dua puluh menit.
Selain memakan korban jiwa, erupsi Gunung Lewotobi juga berdampak pada kurang lebih 2.734 rumah tangga atau lebih dari 10.000 orang di 14 desa yang tersebar di tiga kecamatan.
Bencana ini menyebabkan kerusakan fisik pada sejumlah bangunan, penutupan sementara tiga bandara yang berlokasi di Maumere, Ende, dan Bajawa, serta munculnya gangguan pernapasan dan gangguan penglihatan akibat abu vulkanik yang dialami masyarakat.
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024