Kami berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas dari nilai tukar rupiah sebagai mandat kami

Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan nilai tukar rupiah pada triwulan IV-2024 sebesar Rp15.825 per dolar AS.

“Sejauh ini rata-rata nilai tukar itu pada triwulan III adalah Rp15.789, kemudian secara keseluruhan untuk tahun ini di triwulan IV Rp15.825. Kami berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas dari nilai tukar rupiah sebagai mandat kami,” kata Perry dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu.

Menurut Perry, nilai tukar rupiah relatif stabil di tengah gejolak global yang terus berlanjut, sesuai dengan komitmen kebijakan moneter Bank Indonesia untuk terus melakukan intervensi di pasar dan juga optimalisasi dari instrumen moneter Sekuritas Rupiah Bank Indonesia untuk menarik aliran masuk portfolio asing dan menjaga imbal hasil rendahnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Di tengah dinamika Pemilihan Presiden (Pilpres) di Amerika Serikat (AS) dengan keunggulan Donald Trump pada perhitungan sementara, ia menyoroti adanya potensi mata uang dolar AS akan kuat, suku bunga AS akan tetap tinggi dan perang dagang berlanjut.

Perkembangan tersebut turut berdampak terhadap negara-negara emerging market termasuk Indonesia, yang dapat memberikan tekanan terhadap nilai tukar, arus modal dan ketidakpastian di pasar keuangan.

Di sisi lain, Perry menuturkan kinerja perekonomian nasional tetap terjaga baik. Inflasi tetap rendah dan terjaga dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen.

“Inflasi masih sangat rendah yaitu pada triwulan III-2024 sebesar 1,84 persen dan kami perkirakan di akhir tahun ini 1,71 persen sejalan dengan komitmen kami dengan pemerintah menjaga inflasi termasuk juga berkaitan dengan stabilisasi dari nilai tukar rupiah,” ujarnya.

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 berkisar di rentang 4,7-4,5 persen, ditopang ekspor, investasi dan konsumsi rumah tangga.

“Secara keseluruhan kami memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa berkisar 4,7 sampai 5,5 persen, kurang lebih sekitar 5,1 persen, didorong tentu saja ekspor masih baik, investasi yang cukup tinggi, dan konsumsi, khususnya kelompok menengah ke atas yang cukup baik. Sementara konsumsi kelompok bawah itu yang menjadi harus perlu terus didorong,” ujarnya.

Ke depan, BI terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: BI: Dinamika Pilpres AS beri tekanan terhadap nilai tukar rupiah
Baca juga: Analis perkirakan rupiah turun setelah Pilpres AS
Baca juga: BI: Ruang penurunan BI-Rate tergantung prospek inflasi dan nilai tukar

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024