“Saya melihatnya bahwa kenapa sentralitas kyai itu menjadi menurun? Karena kesadaran politik kiai sudah hilang,”

Serang (ANTARA) - Wakil Presiden ke-13 Ma’ruf Amin menyinggung hilangnya kesadaran politik pada kiai yang menyebabkan sentralitas peran mereka menurun.

Hal itu disampaikan dalam peluncuran buku infografis “Kiaiku Pahlawanku” disusun oleh cendekiawan muslim Profesor Mufti Ali di Keraton Surosowan, Serang, Rabu.

“Saya melihatnya bahwa kenapa sentralitas kyai itu menjadi menurun? Karena kesadaran politik kiai sudah hilang,” ujar Ma’ruf Amin.

Ia mengatakan gerakan politik kiai melemah, karena kiai menganggap urusan politik bukanlah urusan mereka.

Padahal segala keputusan penting mulai dari aturan, hingga pemilihan pemimpin di masyarakat, diputuskan dengan keputusan politik.

“Telah hilanglah kesadaran politik dari kebanyakan ulama akibatnya gerakan politik yang melemah, melemah bahkan juga mati,” ujar dia.

Menurutnya hal ini sangat disayangkan, sebab keputusan strategis pilar kehidupan bermasyarakat berbangsa bernegara sudah kiai sudah tidak lagi ikut memikirkan dan ikut tidak mengarahkan.

Akhirnya, kiai tidak menjadi arah dan pedoman dalam pengambilan kebijakan baik dalam soal politik, dan pembangunan ekonomi.

Ma’ruf Amin mengatakan bahwa kiai kini bukan pahlawan lagi, dan perannya adalah di pinggiran-pinggiran masyarakat.

Sehingga judul buku Kiaki Pahlawanku merupakan sebuah kritik pedas untuk para kiai atas peran sentral yang sudah hilang.


“Ini saya kira sekali lagi di judul ini kritik pedas buat para kiai bagaimana bisa menjadi pahlawan, yang peran sentralnya sudah hilang dari para kiai,” ujar dia.

Dalam acara peluncuran buku tersebut Ma’ruf Amin hadir sebagai penceramah. Acara peluncuran buku tersebut diinisiasi Korem 064/Maulana Yusuf.

Buku Kiaku Pahlawanku merupakan buah dari hasil riset penuh Profesor Mufti Ali selama lebih dari dua tahun, dan riset-riset paruh waktu selama 20 tahun.

Komandan Korem 064/Maulana Yusuf, Brigjen TNI Fierman Sjafirial Agustus mengatakan Banten sudah pernah memiliki masa keemasan di abad ke-16.

Sehingga sejarah ini diangkat agar masyarakat Banten memahami bagaimana perjuangan nenek moyang yang sudah di rintis oleh para Kiai pada saat itu, kata dia.

“Bimbingan dari para Kiai, petua-petua dari Kiai yang sama dengan abad ke-16 sangat dibutuhkan untuk membangun Banten menuju ke Indonesia Emas 2045,” kata Fierman.

Dari pernyataan Ma’ruf Amin tersebut, Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar mengatakan bahwa kiai harus menjadi seperti dulu yang telah diperankan, dan menjadi tokoh sentral kembali di masyarakat.

“Tadi beliau mengatakan bahwa kiai ke depan itu juga harus menjadi tokoh sentral jadi kembali seperti masa lalunya, karena memang hampir semua tatanan kehidupan itu bertanya pada kiai,” ujar dia.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024