"Hingga Oktober 2024, Kamboja memiliki 2.326 pabrik industri, dengan 1.273 di antaranya menerima investasi dari China sebesar 9,086 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.766), atau 45,49 persen dari total modal investasi Kamboja," kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan pers.
Menteri Perindustrian, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Inovasi Kamboja Hem Vanndy mengatakan Kamboja dan China memiliki persahabatan yang sudah lama terjalin dan kolaborasi di bidang industri dan teknologi menjadi pilar utama dalam Kerja Sama Berlian (Diamond Cooperation) kedua negara.
"China merupakan investor asing terbesar Kamboja di bidang manufaktur, sebuah sektor yang akan terus memimpin pertumbuhan Kamboja di masa depan," ujarnya.
"Seiring kami mempersiapkan terlepasnya kami dari status 'Least Developed Country' pada 2029, kami berharap dapat meningkatkan kerja sama dengan China, terutama dalam produksi bahan baku lokal untuk memenuhi persyaratan pasar yang semakin ketat," tambahnya.
Direktur Pusat Penelitian Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 Kamboja (Cambodia 21st Century Maritime Silk Road Research Center) Neak Chandarith mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang didanai oleh China telah memainkan peran penting dalam mendorong perekonomian Kamboja dan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.
"Proyek-proyek yang diinvestasikan oleh China di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative), seperti Zona Ekonomi Khusus Sihanoukville (Sihanoukville Special Economic Zone/SSEZ), pembangkit listrik tenaga air, Jalan Tol Phnom Penh-Sihanoukville, Bandar Udara Internasional Angkor Siem Reap, sejumlah jalan dan jembatan, telah memainkan dan akan terus memainkan peran penting dalam mendukung ekonomi negara kerajaan ini," kata dia kepada Xinhua.
Pewarta: Xinhua
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2024