Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa pemetaan tersebut berfokus pada kawasan pemukiman warga yang beririsan dengan aliran sungai yang berhulu dari Gunung Lewotobi.
Metode pemetaan zona rawan banjir lahar dingin tersebut dilakukan melalui survei lapangan penyisiran darat dan menggunakan teknologi pesawat tanpa awak (drone), yang mengacu pada peta kontur dan analisa Gunung Lewotobi dari Badan Geologi Kementerian ESDM.
Baca juga: Badan Geologi sebut Gunung Lewotobi Laki-Laki masih berpotensi erupsi
Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Badan Geologi di Desa Pululera, Kecamatan Walanggitang mendapati adanya tumpukan material lava pada bagian timur laut yang pergerakannya sangat lambat, dari citra satelit Sentinel 2 juga terlihat material yang berpotensi menjadi lahar di area utara dan timur kawah Gunung Lewotobi Laki-laki.
Merujuk hasil analisa dari Badan Geologi Kementerian ESDM tersebut, terdapat tiga desa di Flores Timur yang berpotensi terdampak banjir lahar dingin bila hujan intensitas deras dan berdurasi panjang mengguyur puncak Gunung Lewotobi, yakni Desa Dulipali, Padang Pasir dan Nobo dalam wilayah Kecamatan Ile Boleng dan Ile Bura.
“Tentu pemetaan zona rawan lahar dingin atau lahar hujan ini penting untuk memperkecil dampak yang akan ditimbulkan di kemudian hari,” kata dia.
Dia menyebutkan pemetaan zona rawan tersebut sama dengan apa yang sudah dilakukan oleh tim Direktorat Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB di Gunung Marapi, Sumatera Barat.
Baca juga: Korban erupsi Gunung Lewotobi di pengungsian menjadi 4.436 orang
Baca juga: Sebanyak 10.295 warga dipindahkan dari kaki Gunung Lewotobi Laki-Laki
Sedikitnya 1.000 meter kubik endapan material vulkanik bibir kawah gunung api berketinggian 2.884 mdpl itu mengalir terbawa hujan deras hingga menyebabkan jumlah korban dan kerusakan yang signifikan di lima kabupaten dan kota pada awal Mei 2024, salah satunya Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Adapun dari zona rawan yang telah dipetakan tersebut, saat ini sudah dipasangkan oleh BNPB alat peringatan dini berupa sirine dan sensor yang dapat memberi tanda supaya warga mengevakuasi diri ketika muka air aliran sungai Gunung Marapi meningkat.
“Belajar dari pengalaman. Tentu kita semua tidak mau dampak bencana serupa kembali terjadi di Flores Timur ini,” ujar Abdul.
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024