Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, pekan depan diprediksi masih dalam kisaran sempit antara Rp9.200 sampai Rp9.250 per dollar AS, karena menurut perkiraan aktivitas pasar dalam kondisi tak bergairah.
Pengamat pasar uang, Farial Anwar, di Jakara, akhir pekan mengatakan lesunya aktivitas pasar, karena sudah tidak ada suplai dolar AS lagi dari investor asing, setelah pemerintah tidak lagi melakukan penawaran Surat Utang Negara (SUN).
Selain itu, para pelaku pasar juga sedang mempersiapkan diri menyambut liburan panjang hari Raya Idul Fitri, sehingga mereka cenderung tidak terlalu bergairah lagi bertransaksi di pasar uang dan modal.
Begitu pula indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sepanjang pekan lalu sempat pada posisi tertinggi di atas level 1.550, diperkirakan bakal terjadi aksi ambil untung pada pekan depan.
Nilai tukar rupiah, lanjut Farial Anwar, tidak akan bergerak jauh naik atau turunnya, karena minat beli maupun jual pelaku pasar, baik terhadap rupiah maupun dolar AS sudah berkurang dengan kecenderungan meninggalkan transaksi di pasar.
"Kami memperkirakan rupiah berada dalam kisaran Rp9.200 sampai Rp9.250 per dolar AS, akibat tidak adanya daya beli yang mendorong kedua mata uang tersebut," katanya.
Untuk itulah, menurut dia, rupiah tidak bisa berfluktuasi dalam kisaran yang melebar, karena tidak ada faktor pendorong yang kuat bahkan aktivitas perdagangan cenderung makin lesu.
Ditanya mengenai faktor Korea Utara, ia mengemukakan tidak berpengaruh besar terhadap pergerakan rupiah, kecuali terhadap yen, karena Jepang merupakan negara tetangga Korea Utara.
Mata uang yen merosot tajam terhadap dolar AS yang sempat mencapai 120 yen, namun kemudian merosot tipis jadi 119,78, setelah Korea Utara berencana untuk melakukan uji coba nuklir yang kedua, ucapnya.
Tentang rupiah di akhir tahun, ia memperkirakan, akan bisa berkisar di level Rp9.100-Rp9.200 per dolar AS, namun untuk bisa berada di bawah level Rp9.000 per dolar AS sulit, karena aktifitas pasar sudah lesu.
Rupiah awal pekan lalu berkisar Rp9.205/9.208 dan pada perdagangan Selasa merosot menjadi Rp9.220/9.228 per dolar AS, hari berikutnya turun lagi di kisaran Rp9.225/9.228, namun pada hari keempat rupiah menguat menjadi Rp9.208/9.220 per dolar AS.
Menjelang penutupan pasar, rupiah kembali naik mendekati level Rp9.200 per dolar AS menjadi Rp9.209/9.212 per dolar AS, akibat membaiknya bursa regional yang dipicu oleh bursa Wall Street.
Sementara itu Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib mengatakan, rupiah pekan depan masih berada dalam posisi yang tidak jauh dari pekan sebelumnya.
Rupiah memerlukan dukungan positif yang kuat untuk bisa kembali di bawah level Rp9.100 per dolar AS baik dari internal maupun eksternal, katanya.
Menurut dia, rupiah masih sulit untuk bisa kembali ke level Rp9.000 per dolar AS, namun perkembangan akan dapat dilihat seusai Lebaran nanti.
Meski demikian, tambahnya, ada optimisme rupiah membaik seiring upaya pemerintah untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi dengan terus membenahi infrastruktur untuk menarik investor asing maupun lokal menanam investasi di dalam negeri. (*)
Copyright © ANTARA 2006