Dirilis pada tahun 2011 dalam album "Aku Bukan Bang Toyib," lagu ini memberikan pesan untuk kita supaya tidak terlalu larut dalam kesedihan secara terus menerus.
Dengan balutan musik dangdut khas Wali, lagu ini bercerita tentang dukungan dari seorang nenek yang selalu menguatkan cucunya yang sedang mengalami patah hati.
Baca juga: Lirik lagu "Berpisah Itu Mudah" oleh Rizky Febian dan Mikha Tambayong
Baca juga: Lirik lagu "Jika" oleh Melly Goeslaw dan Ari Lasso serta penjelasannya
Berikut adalah lirik lagu Wali yang berjudul "Nenekku Pahlawanku"
Jujur aku mengaku
'Ku sakit hati padamu
Mengapa kau lukai aku?
Mengapa putuskan diriku?
Untung ada nenekku
Nenek bilang kepadaku
Bahwa bila gugur satu
Akan tumbuh sepuluh ribu
Aku tak menangisimu, huhuhu
'Ku masih bisa tertawa, hahaha
Walau kau telah lukai aku
Nenek bilang kuat, kuat
'Tuk apa menangisimu? Huhuhu
Lebih baik 'ku tertawa, hahaha
Walau kau pergi jauh dariku
Nenek bilang kuat, kuat
Mau tau rasanya
Sakit hati itu apa
Pernahkah kau disengat lebah?
Itu lebih pedih, katanya
Oh, nenekku pahlawanku
Pantang mundur nasehatiku
Bahwa bila gugur satu
Akan tumbuh sepuluh ribu
Aku tak menangisimu, huhuhu
'Ku masih bisa tertawa, hahaha
Walau kau telah lukai aku
Nenek bilang kuat, kuat
'Tuk apa menangisimu? Huhuhu
Lebih baik 'ku tertawa, hahaha
Walau kau pergi jauh dariku
Nenek bilang kuat, kuat
Jangan kau menangisiku, huhuhu
Lebih baik kau tertawa, hahaha
Aku tak pergi jauh darimu
Nenekku bilang salah faham
'Tuk apa menangisiku? Huhuhu
Lebih baik kau tertawa, hahaha
Aku tak pergi jauh darimu
Nenekku bilang salah faham
Aku, aku, aku tak menangisimu, huhuhu
'Ku masih bisa tertawa, hahaha
Walau kau telah lukai aku
Nenek bilang kuat, kuat
'Tuk apa menangisimu? Huhuhu
Lebih baik 'ku tertawa, hahaha
Walau kau pergi jauh dariku
Nenek bilang kuat, kuat
Baca juga: Lirik dbatlayar "Badut Baru" tentang cinta bertepuk sebelah tangan
Baca juga: Lirik lagu HAL "L" tentang penyesalan dan sakit hati
Baca juga: Lirik lagu "Madiun Ngawi" oleh Happy Asmara dan penjelasan
Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024