Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi melemah sebesar 14 poin menjadi Rp11.700 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.686 per dolar AS.

"Konflik Rusia dan Ukraina serta Israel dengan Palestina yang cenderung memanas berdampak negatif terhadap pasar keuangan global, termasuk di dalam negeri," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Jumat.

Menurut Reza, memanasnya konflik itu akan mendorong permintaan aset "safe haven" salah satunya mata uang dolar AS diburu oleh investor untuk menjaga nilai.

"Kondisi itu akan menekan mata uang berisiko, termasuk rupiah," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, Bank Sentral AS (the Fed) yang diperkirakan membuka peluang untuk menaikan suku bunganya lebih cepat dari perkiraan masih menjadi sentimen negatif bagi mata uang berisiko seperti rupiah.

Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa sentimen "risk aversion" atau alih risiko kembali mengemuka di pasar keuangan setelah ketegangan geopolitik di Ukraina kembali memanas.

"Ketegangan di Ukraina itu juga akan membuat harga minyak mentah melonjak. Meningkatnya harga minyak dunia itu akan mempengaruhi perbaikan neraca perdagangan Indonesia," kata Ariston.

Ia menambahkan bahwa program pengurangan stimulus keuangan Amerika Serikat yang kemungkinan berakhir pada Oktober 2014 mendatang juga masih menjadi sentimen negatif bagi rupiah.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014