Jakarta (ANTARA) - Ketidakpastian global saat ini masih terus berlanjut dan menjadi tantangan bagi kinerja perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan oleh inflasi yang masih tinggi, suku bunga global yang masih belum turun signifikan, dan ketegangan geopolitik yang meningkat seperti di kawasan Timur Tengah.

Di tengah ketidakpastian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga baik. Hal ini ditunjukkan dengan ekonomi domestik yang tetap mencatatkan pertumbuhan, yakni sebesar 4,95 persen year on year (yoy) di kuartal III-2024, meskipun pada kuartal sebelumnya tercatat 5,05 persen (yoy).

Namun, secara kumulatif, pertumbuhan produk domestik bruto pada 9 bulan pertama tahun 2024 meningkat menjadi 5,03 persen.

Kinerja pertumbuhan ekonomi ini didukung oleh aktivitas ekonomi domestik yang terjaga, yang ditunjukkan dengan konsumsi rumah tangga yang tetap baik dengan pertumbuhan sebesar 4,91 persen (yoy) seiring dengan daya beli yang terjaga dan mobilitas masyarakat yang meningkat. Konsumsi rumah tangga ini menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.

Selain itu, kinerja investasi dalam negeri juga turut berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama didukung dengan fokus pemerintah dalam membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) dan proyek infrastruktur strategis lainnya.

Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso, pertumbuhan investasi secara keseluruhan meningkat menjadi 5,15 persen (yoy) ditopang berlanjutnya proyek infrastruktur yang dilakukan oleh Pemerintah dan swasta, termasuk pembangunan jalan tol dan pengembangan IKN.

Tidak hanya itu, belanja Pemerintah juga ikut mendukung peningkatan permintaan domestik yang berdampak positif bagi perekonomian di Tanah Air. Konsumsi domestik masih menunjukkan kinerja yang stabil, terlihat dari pertumbuhan belanja Pemerintah dan lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) yang lebih tinggi.

Konsumsi Pemerintah meningkat dengan tumbuh sebesar 4,62 persen (yoy) seiring dengan kenaikan belanja negara. Adapun konsumsi LNPRT tumbuh tinggi 11,69 persen (yoy) sejalan dengan peningkatan aktivitas persiapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 dan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI.

Sementara itu, ekspor tumbuh sebesar 9,09 persen (yoy) ditopang oleh permintaan mitra dagang utama yang tetap tumbuh positif serta beberapa harga komoditas utama ekspor Indonesia yang meningkat. Ekspor jasa meningkat didorong oleh peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara.

Pertumbuhan ekonomi yang terjaga baik juga, tercermin dari sisi lapangan usaha (LU) dan spasial. Dari sisi LU, seluruh LU pada triwulan III-2024 menunjukkan kinerja positif.

LU industri pengolahan sebagai kontributor utama pertumbuhan juga tumbuh baik seiring permintaan domestik dan global yang terjaga. LU akomodasi dan makan minum serta LU transportasi dan pergudangan tumbuh positif seiring dengan peningkatan mobilitas yang didorong oleh pelaksanaan event nasional dan internasional.

Dari sisi spasial, pertumbuhan ekonomi triwulan III-2024 secara tahunan tumbuh positif di semua wilayah. Pertumbuhan ekonomi tertinggi tercatat di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), diikuti Bali-Nusa Tenggara (Balinusra), Kalimantan, Jawa, dan Sumatera.

Semua sektor juga mencatat pertumbuhan, dengan sektor manufaktur mengalami akselerasi, yang sebagian besar disebabkan oleh permintaan eksternal yang kuat.

Pertumbuhan sektor manufaktur--kontributor terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB)--, meningkat dari 3,95 persen yoy pada kuartal II-2024 menjadi 4,72 persen yoy pada kuartal III-2024, didorong oleh kinerja yang kuat di industri logam dasar dan elektronik.

Sektor perdagangan juga tetap solid, mencatat tingkat pertumbuhan 4,82 persen yoy. Sektor-sektor yang berorientasi pada rekreasi, seperti transportasi dan akomodasi dan restoran, mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi masing-masing sebesar 8,64 persen yoy dan 8,33 persen yoy pada kuartal III-2024, didukung oleh acara-acara nasional dan internasional yang menonjol termasuk Pekan Olahraga Nasional (PON), MotoGP, dan Forum Berkelanjutan Internasional.


Menurut ekonom senior Bank Mandiri Reny Eka Putri, aktivitas domestik yang lebih kuat terhadap permintaan global menyebabkan permintaan impor meningkat sehingga terjadi kontraksi ekspor bersih.

Impor tumbuh lebih cepat daripada ekspor, menunjukkan permintaan domestik yang lebih kuat relatif terhadap permintaan global.

Impor melonjak dari 8,57 persen yoy pada kuartal II-2024 menjadi 11,47 persen yoy pada kuartal III-2024, didorong oleh peningkatan permintaan barang modal dan bahan baku akibat peningkatan aktivitas domestik. Sementara itu, ekspor tumbuh dari 8,28 persen yoy pada kuartal II-2024 menjadi 9,09 persen yoy pada kuartal III-2024.

Secara musiman, memang pertumbuhan kuartal IV biasanya lebih tinggi karena ada faktor perayaan Natal dan Tahun Baru yang mendorong konsumsi dan pada tahun ini juga akan diselenggarakan pilkada yang diharapkan juga dapat meningkatkan konsumsi.

Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tumbuh solid di kisaran 5 persen untuk sepanjang tahun 2024, terutama didukung oleh permintaan domestik.

Tetap tangguh

Kekhawatiran ketidakpastian seputar kebijakan ekonomi Pemerintahan baru Indonesia diperkirakan akan mereda pada kuartal IV-2024, seiring dengan keberpihakan Presiden RI Prabowo Subianto pada agenda propertumbuhan yang semakin jelas.

Meskipun ketidakpastian global baru-baru ini meningkat akibat sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang kurang dovish dan meningkatnya kemungkinan Donald Trump memenangi Pemilihan Presiden AS, jalur pemangkasan suku bunga kebijakan global, termasuk potensi penurunan BI-Rate, masih diantisipasi.

Menurut Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, perkembangan ini dapat mendorong peningkatan investasi langsung dan arus modal masuk, memberikan dukungan lebih lanjut untuk investasi sektor swasta.

Selain itu, langkah-langkah stimulus ekonomi yang signifikan dari Tiongkok mulai memberikan manfaat bagi perekonomiannya, yang pada gilirannya dapat memberikan dukungan bagi kinerja ekspor Indonesia.

Di dalam negeri, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tetap stabil, didukung oleh inflasi yang relatif rendah akibat pasokan makanan yang kembali normal. Musim liburan di sekitar Natal dan Tahun Baru akan mendorong permintaan dan mobilitas domestik di kuartal IV-2024.

Pengeluaran Pemerintah juga diproyeksikan akan mencapai puncaknya pada akhir tahun, mengikuti pola pertumbuhan yang biasa terjadi dan mendapat dorongan tambahan dari pengeluaran yang terkait dengan Pilkada 2024.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 diproyeksikan untuk tetap tangguh, dengan perkiraan ekspansi sekitar 5,04 persen, turun tipis dari 5,05 persen pada 2023.

Ke depan, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan meningkat pada 2025, terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga yang kuat dan peningkatan aktivitas investasi. Sebaliknya, pertumbuhan belanja Pemerintah diperkirakan akan melambat, sementara ekspor neto cenderung stabil.

Sementara itu, konsumsi rumah tangga diproyeksikan meningkat, didukung oleh inflasi yang terkendali dalam kisaran target dan potensi penurunan lebih lanjut pada BI-Rate. Sejalan dengan itu, pelonggaran suku bunga kebijakan yang diantisipasi akan mendorong pertumbuhan investasi pada 2025.

Pendorong utama investasi akan mencakup biaya pinjaman yang lebih rendah dan normalisasi aktivitas investasi setelah Pemilu 2024. Secara historis, periode pasca-pemilu biasanya ditandai dengan kebangkitan investasi domestik dan asing, didukung oleh peningkatan stabilitas politik dan agenda Pemerintah yang lebih jelas. Akan tetapi, pengeluaran Pemerintah diperkirakan akan melambat karena dorongan fiskal terkait Pemilu 2024 akan menghilang.

Di sisi perdagangan eksternal, ekspor neto diperkirakan akan tetap stabil relatif terhadap level tahun 2024. Pertumbuhan ekspor dapat memperoleh momentum karena penurunan suku bunga kebijakan global dan efek dasar yang rendah mulai tahun 2024, meskipun stagnasi pertumbuhan ekonomi global yang terus-menerus, terutama di bawah lintasan ekonomi Tiongkok yang “lebih lambat untuk jangka waktu yang lebih lama”, kemungkinan akan membatasi keuntungan.

Pada saat yang sama, pertumbuhan impor diproyeksikan akan meningkat, didorong oleh peningkatan permintaan input dan barang modal untuk mendukung aktivitas investasi. Secara keseluruhan, pertumbuhan PDB Indonesia untuk tahun 2025 diproyeksikan sekitar 5,15 persen.

Untuk dapat tumbuh lebih tinggi, tentunya ke depan konsumsi rumah tangga dan pengeluaran Pemerintah harus lebih didorong karena kinerja ekspor masih akan terhambat perlambatan ekonomi dari global.

Inflasi domestik ke depan juga harus tetap terjaga, didukung dengan sinergi kuat antara tim pengendalian inflasi pusat dan daerah, serta konsistensi kebijakan moneter.

Penguatan koordinasi kebijakan moneter dan fiskal juga turut menjaga berlanjutnya stabilitas makroekonomi dan momentum pertumbuhan ekonomi.

Penguatan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan terus berlanjut, ditopang dengan berbagai stimulus dan dukungan Pemerintah. Selain itu, juga didorong konsumsi domestik yang kuat, baik dari Pemerintah, rumah tangga, maupun swasta sehingga daya beli masyarakat meningkat serta inflasi yang tetap terkendali.

Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024