Manila (ANTARA News) - Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) hari Sabtu menyambut pemilihan diplomat Korea Selatan Ban Ki-Moon menjadi sekretaris jenderal berikut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), warga pertama Asia memegang jabatan itu sesudah 35 tahun. Menteri Luar Negeri Pilipina Alberto Romulo, yang saat ini menjabat ketua ASEAN, menyatakan ke-10 anggota kelompok kawasan itu yakin akan kemampuan Ban dalam memimpin Perserikatan Bangsa-Bangsa. "Kami telah bekerja sama dengan Menteri Luar Negeri Ban Ki-Moon dan yakin penuh dalam tekad dan kemampuannya memimpin PBB pada masa sangat menantang ini," katanya dalam pernyataan, seperti dilansir Kyodo dan DPA. Ban, yang berusia 62 tahun, menjadi menteri luar negeri Korea Selatan lebih dari dua tahun, menjadi penasehat keamanan negara dua presiden dan menjadi diplomat hampir 40 tahun, termasuk bertugas di badan dunia itu dan Amerika Serikat. Romulo menyatakan Ban merupakan warga Asia pertama menduduki kursi sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa sesudah U Thant, warga Myanmar (Burma), meninggalkannya tahun 1971, sesudah menjabat sejak 1961. ASEAN terdiri atas Brunei, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Pilipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Ban Ki-Moon terpilih sesudah mendapat dukungan sangat kuat dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menggantikan Kofi Annan sebagai sekretaris jenderal badan dunia itu. "Kami senang menyampaikan ucapan selamat tulus kami kepada Menteri Luar Negeri Ban," kata pernyataan Romulo, dengan menambahkan bahwa pemilihan itu merupakan peristiwa menggembirakan. Ban Ki-Moon, yang menjadi sekretaris jenderal kedelapan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dijadwalkan mulai bertugas tanggal 1 Januari 2007, saat masa bakti lima tahun kedua Annan, warga Ghana, berahir. Ban menjadi menteri luar negri Korea Selatan pada Januari 2004 setelah menjabat sebagai penasihat bidang luar negeri, terutama soal ketegangan akibat kegiatan nuklir Korea Utara. Ia terlibat langsung dalam pembicaraan enam negara untuk membujuk Korea Utara mengahiri kegiatan senjata nuklir dan yang menjadi pertanyaan banyak orang mengapa Pyongyang memilih melakukan uji nuklir saat Ban dipilih menjadi pemimpin pucuk PBB. Ban berpengalaman menghadapi masalah gangguan hubungan antara Amerika serikat dengan Korea Selatan dan menangani hubungan negaranya dengan Jepang, yang tidak selamanya mulus, semasa menjadi menteri luar negeri. Selama 33 bulan sebagai menteri luar negeri, ia menjadi salah satu menteri luar negeri terlama, yang berhasil bertahan menghadapi diplomasi dua negara satu semenanjung, yang terpisah setelah perang. Karir 36 tahunnya sebagai diplomat termasuk 10 tahun menangani hubungan dengan PBB. Ia menjadi sekertaris I pada perwakilan Korea Selatan di PBB dari 1978 hingga 1980 dan menjadi direktur divisi PBB di Departemen Luar Negeri hingga 1983. Ia dua tahun bekerja sebagai dutabesar Korea Selatan untuk PBB dari tahun 2001 dan memimpin sidang pada sidang umum ke-56 badan dunia itu. Ban memulai karir sebagai diplomat setelah lulus dari Universitas Nasional di Seoul. Ia lalu melanjutkan belajar ke program magister di Harvard. Ia menikah dengan kekasihnya di bangku sekolah menengah atas, Yoo Soon Taek, dan memiliki seorang putra dan dua putri. Putri sulungnya bekerja di badan anak-anak PBB UNICEF di Afrika. (*)
Copyright © ANTARA 2006