Jakarta (ANTARA) -
Latihan perang bersama jajaran TNI dengan negara sahabat sudah sering dilakukan sebagai bagian untuk meningkatkan kesiapan tempur dan kerja sama operasi.
Latihan bersama jajaran TNI terakhir digelar bersama Amerika Serikat melalui Latgab Super Garuda Shield 2024 yang digelar di Jawa Timur akhir Agustus hingga awal September 2024. Latihan itu menjadi latihan militer gabungan bersama terbesar dalam sejarah TNI.
Setelah itu, TNI khususnya Angkatan Laut kembali melakukan latihan bersama bertajuk Latma Orruda 2024 dengan militer Rusia di perairan Laut Jawa, Jawa Timur, pada 4-8 November 2024.
Pada tahun 2021, Angkatan Laut Rusia pernah melakukan latihan militer bersama kekuatan matra laut negara-negara ASEAN yaitu Asean Rusia Naval Exercise tahun 2021 (ARNEX-21). Indonesia saat itu menjadi tuan rumah sekaligus memimpin bersama Rusia dalam penyelenggaraan ARNEX-21 di lepas Pantai Sumatera Utara hingga Pulau Sabang.
Dalam latihan bersama itu, Indonesia mengerahkan Frigat KRI Gusti Ngurah Rai-332, satu helikopter AS-565, 1 Pesawat CN-235 serta melibatkan 500 personel TNI Angkatan Laut. Sementara dari 11 negara peserta, 8 negara mengirimkan unsur berupa kapal perang atau pesawat, dan 3 negara mengirimkan observers.
Rusia merupakan salah satu dialogue partner ASEAN sejak tahun 1996 dan Rusia telah menjadi ASEAN strategic partner pada tahun 2018. Rusia juga merupakan anggota Forum ADMM-Plus yang merupakan Forum Pertahanan antara ASEAN dengan 8 negara lainnya.
Indonesia saat ini mendapat tempat khusus bagi Rusia yang menginginkan jalinan kerja sama militer. Rusia tidak ingin kehilangan peluang mendekati Indonesia, apalagi sebenarnya Indonesia sejak dulu berkeinginan membeli alutsista negeri Beruang Merah yang dinilai makin digjaya di medan perang.
Latihan gabungan pertama Indonesia dan Rusia itu sejalan dengan upaya Presiden Prabowo Subianto yang baru dilantik untuk meningkatkan hubungan dengan Moskow. Latihan itu menjadi realisasi dari pembicaraan Prabowo dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin di Moskow, pada Juli 2024.
Pada latihan perang bertajuk Latma Orruda 2024 kali ini terdiri dari dua fase yaitu Harbour Phase dan Sea Phase. Nama Orruda diambil dari penggalan nama dua lambang nasional Rusia dan Indonesia yaitu Orel (elang Rusia) dan Garuda.
Rusia mengirimkan tiga kapal perang kelas korvet yaitu RF Rezky, RF Gromky dan RF Aldar Tsydenzhaoov, tanker medium Pechenga, satu helikopter dan tugboat Salvage Alata. Sementara TNI Angkatan Laut mengerahkan dua kapal perang yaitu KRI I Gusti Ngurah Rai-332 dan KRI Frans Kaisiepo-368, serta helikopter anti kapal selam Panther AS565. Ketikutsertaan KRI I Gusti Ngurah Rai dalam latihan perang dengan Rusia ini untuk yang kedua kali.
Bukan unjuk kekuatan
Latihan perang angkatan laut itu bukan sebagai unjuk kekuatan militer karena Rusia hanya akan mengirimkan tiga kapal perang kelas korvet, satu kapal tanker menengah, satu helikopter militer, dan satu kapal tunda. Meskipun jika dibandingkan ARNEX-21, jumlah kapal perang yang dilibatkan Rusia kali ini lebih besar, sebab saat itu Rusia hanya mengirimkan satu kapal tipe destroyer.
Kerja sama antar-dua kekuatan tempur beda negara akan menjadi dasar bagi operasi kerja sama selanjutnya, termasuk kemungkinan operasi secara riil untuk menjaga perdamaian dunia.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Sergey Tolchenov menegaskan bahwa latihan tersebut tidak ditujukan untuk unjuk kekuatan tetapi hanya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi kekuatan angkatan laut mereka.
Namun demikian, banyak pihak berharap pada latihan kali ini, Rusia juga memamerkan senjata utama angkatan laut mereka yang bisa menjadi acuan Indonesia guna meningkatkan kekuatan tempur angkatan lautnya.
Salah satu yang menjadi perhatian tempur masa depan adalah kemampuan radar kapal dan kemampuan perang elektronik yang dimiliki angkatan laut Rusia. Hal ini bisa menjadi fokus untuk penguatan TNI laut di masa depan.
Rudal makin canggih
Kecepatan rudal balistik yang makin tinggi akan semakin sulit dicegat oleh senjata antirudal, sehingga diperlukan sistem kemampuan ketahanan kapal perang yang lebih baik, termasuk dukungan satelit pertahanan. Ancaman rudal terhadap kapal perang modern telah berevolusi dalam beberapa dekade terakhir.
Contohya, Rudal Jelajah Anti-Kapal (ASCM) telah berkembang secara luas. Saat itu, ASCM telah meningkat menjadi Rudal Balistik Anti-Kapal (ASBM) seperti Rudal DF-21D, DF-26 dan YJ-21 produksi China. Rudal DF-21D adalah ASBM pertama di dunia yang mampu beroperasi pada jarak hingga 2.000 km, dan mampu membawa bahan peledak untuk menenggelamkan kapal induk.
Bahkan ancaman rudal terhadap kapal perang modern juga makin nyata dengan penggunaan rudal hipersonik baik dalam bentuk Kendaraan Luncur Hipersonik (HGV) seperti milik DF-17 Tiongkok atau Rudal Jelajah Hipersonik (HCM) seperti 3M22 Zircon Rusia.
Senjata hipersonik, yang dapat melaju dengan kecepatan lebih dari Mach 5 sehingga sisa waktu respons sistem pertahanan udara dan rudal di atas kapal semakin pendek, bahkan di bawah 40 detik. Sebuah ancaman yang nyata dan sebuah kapal induk pun menjadi sasaran empuk karena luasan bidang target yang besar dan nilai kerugian rill dan kerugian psikologis yang besar dalam sebuah perang.
Kondisi itu membuat Latma Orruda 2024 diharapkan menjadi pembuka jalan bagi modernisasi angkatan laut Indonesia. Paling tidak dalam diskusi pertahanan antar-petinggi militer dua negara di Surabaya bisa terungkap opsi-opsi senjata taktis baru selain diskusi tentang operasi patroli laut bersama.
Panglima Armada RI, Laksamana Madya Denih Hendrata, saat membuka latihan bersama di Surabaya mengatakan, latihan perang ini sudah direncanakan sebelumnya dan menjadi latihan perang bersama pertama kali antara Indonesia dan Rusia. Latihan ini diharapkan akan memperkuat hubungan diplomasi antara Indonesia dan Rusia. Indonesia juga dapat mengambil pelajaran tentang teknologi perang modern yang dikembangkan Angkatan Laut Rusia.
Bagi Indonesia, untuk menjaga sebuah wilayah kepulauan, latihan perang bersama angkatan laut Rusia merupakan pilihan yang tepat sekaligus guna menguji kehandalan angkatan laut dari ancaman agresor luar.
Bahkan, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat menerima kunjungan kehormatan Duta Besar China Untuk Indonesia, H.E. Mr. Wang Lutong, di Kantor Kememhan Jakarta, 24 Oktober 2024 juga menyampaikan keinginannya untuk terus meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan, dalam bentuk latihan bersama antara Indonesia-China.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024