Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore menguat sebesar 10 poin menjadi Rp11.687 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.697 per dolar AS.

"Testimoni Gubernur bank sentral AS (the Fed) dinilai pelaku pasar tidak terlalu berdampak pada pasar keuangan dikarenakan materi yang dibicarakan tidak terlalu berbeda dengan sebelumnya, kondisi itu membuat pergerakan dolar AS cenderung melemah," kata kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan bahwa pelaku pasar juga sedang menanti beberapa data ekonomi Amerika Serikat lainnya seperti ijin membangun, klaim tunjangan pengangguran mingguan, dan indeks manufaktur sebelum menempatkan dananya ke aset mata uang dolar AS.

"Hasil data itu bisa mengkonfirmasi pemulihan ekonomi AS, bila hasilnya lebih bagus dari ekspektasi sehingga bisa mendukung kebijakan pengetatan moneter AS dan berpeluang mendukung penguatan dolar AS," katanya.

Sementara itu, lanjut dia, masih terjadinya konflik geopolitik di Ukraina akan kembali mendorong kenaikan harga minyak dunia dan memicu permintaan dolar AS.

"Meningkatnya minyak dunia itu akan menjadi sentimen negatif bagi rupiah," katanya.

Ia menambahkan bahwa harga minyak di atas 100 dolar AS per barel juga masih menimbulkan kecemasan bahwa perbaikan defisit neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan Indonesia akan terkendala.

Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Kamis ini (17/7), tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp11.668 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp11.805 per dolar AS.

(KR-ZMF/R010)

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014