Jakarta (ANTARA) - Manchester United akhirnya memutuskan untuk mengganti Erik ten Hag dengan pelatih asal Portugal, Ruben Amorim, dari Sporting CP.

Dengan rekam jejak yang menjanjikan di Liga Portugal, Amorim membawa harapan baru bagi Setan Merah di tengah tekanan besar untuk mengembalikan klub ke jalur kejayaan.

Amorim, yang baru berusia 39 tahun, telah membuktikan dirinya sebagai salah satu pelatih muda paling cemerlang di Eropa dengan membawa Sporting CP meraih dua gelar liga hanya dalam beberapa musim.

Amorim terkenal dengan gaya permainan yang atraktif, agresif, dan formasi yang fleksibel, terutama dalam memanfaatkan formasi tiga bek dengan wing-back yang ofensif.

Pertanyaannya, bagaimana United bisa menjadikan filosofi tersebut sebagai senjata mereka dalam meraih trofi?

Ruben Amorim. ANTARA/AFP/PATRICIA DE MELO MOREIRA

Mengakhiri puasa gelar Sporting

Pada 2020, Amorim ditunjuk sebagai pelatih utama Sporting CP setelah menjalani karier singkat dan impresif di Braga. Penunjukannya saat itu cukup mengejutkan, mengingat Sporting CP rela membayar klausul pelepasannya yang mencapai 10 juta euro, sebuah rekor transfer untuk seorang pelatih di Portugal.

Keputusan ini terbukti tepat. Di musim pertamanya, Amorim sukses membawa Sporting meraih gelar liga untuk pertama kalinya setelah 19 tahun, sekaligus menghentikan dominasi klub-klub besar seperti Benfica dan Porto.

Dengan formasi 3-4-3 atau kadang 3-4-2-1, Amorim dikenal sebagai pelatih yang cermat, yang mengandalkan penguasaan bola dan pergerakan dinamis.

Ia mendorong pemain bertahannya untuk turut berperan dalam membangun serangan dari lini belakang, mengundang penyerang lawan melakukan tekanan yang membuka ruang di lini tengah.

Formasi ini memberikan fleksibilitas dalam menyerang dan bertahan, menciptakan pola permainan yang sulit diprediksi lawan. Dengan pendekatan ini, Sporting tak hanya menjadi tim yang solid secara defensif, tetapi juga sangat agresif dalam transisi dan tekanan tanpa bola.

Jose Mourinho di arena latihan Manchester United. (Reuters) (Reuters/)

Disandingkan dengan Mourinho

Kisah sukses Amorim sebagai pelatih muda Portugal kerap disandingkan dengan Jose Mourinho, yang berhasil mencapai prestasi besar bersama FC Porto di awal karier kepelatihannya.

Mirip dengan Mourinho, Amorim tidak memiliki latar belakang pemain bintang, namun kecerdasannya dalam membaca permainan sudah terlihat sejak ia masih aktif sebagai pemain.

Sebagai mantan gelandang bertahan, ia dikenal sangat teknis dan memiliki pemahaman taktik yang mendalam.

Namun, jalan Amorim menuju puncak tidak selalu mulus. Di awal karier kepelatihannya, ia mengalami kendala administratif yang menghambatnya.

Ketika masih menangani klub kecil Casa Pia, ia sempat dikenai sanksi karena bertindak sebagai pelatih tanpa memiliki lisensi UEFA yang sesuai. Meskipun sempat mendapat larangan selama satu tahun, ia akhirnya melanjutkan karier di Braga, dan hanya dalam waktu singkat, ia diangkat menjadi pelatih tim utama.

Kesuksesan di Braga membuka jalan bagi Amorim untuk pindah ke Sporting, di mana ia langsung menorehkan prestasi.

Dalam kurun waktu singkat, ia mengubah Sporting menjadi salah satu tim paling kompetitif dan menarik di Portugal. Sejak itu, namanya mulai diperhatikan oleh klub-klub besar Eropa.

(HO-Manchester United/www.manutd.com)

Filosofi 3-4-3

Amorim membawa filosofi permainan yang kuat, dengan formasi 3-4-3 yang menjadi andalannya. Dalam formasi ini, tiga bek tengah menjadi bagian penting dari permainan, terutama dalam memulai serangan.

Dengan pendekatan ini, para pemain bertahan dituntut untuk nyaman menguasai bola, membuka ruang, dan menarik tekanan dari lawan. Selain itu, dua gelandang tengah yang dipilihnya sering kali memiliki peran seimbang antara menjaga posisi dan berpartisipasi dalam serangan.

Amorim juga dikenal menggunakan winger yang ofensif sebagai wing-back, memberikan lebar dan kedalaman ekstra dalam serangan. Dalam taktik ini, pergerakan tanpa bola menjadi krusial, dengan fokus pada kombinasi dan pergerakan yang dinamis di sekeliling striker utama.

Gaya bermain ini memang membutuhkan kedisiplinan taktik yang tinggi dari para pemain, namun hasilnya bisa sangat efektif dalam membongkar pertahanan lawan.

Satu hal yang membedakan Amorim adalah keteguhannya untuk tetap menggunakan formasi tiga bek, meskipun menghadapi tim-tim kuat.

Pendekatan ini sempat menjadi alasan Liverpool tidak merekrutnya, karena Amorim dianggap terlalu kaku dengan taktik yang selalu serupa. Namun, baginya, taktik 3-4-3 telah terbukti efektif di Sporting dan ia optimis bisa membawa pendekatan yang sama di Liga Inggris.

Pemilik perusahaan kimia Ineos, Sir Jim Ratcliffe berjalan di kawasan stadion milik Manchester United, Old Trafford, Manchester, Inggris, Jumat (17/3/2023). Kemunculan Jim Ratcliffe yang merupakan calon pembeli potensial MU itu untuk menerima presentasi penjualan klub sebelum melakukan penawaran resmi. ANTARA FOTO/ REUTERS/Phil Noble/foc.

Keseriusan Manchester United

Amorim mungkin bukan pilihan pertama Manchester United pada akhir musim lalu saat isu pemecatan Erik ten Hag sudah mencuat di bawah manajemen baru INEOS.

United sempat berbicara dengan beberapa nama besar seperti Thomas Tuchel, Mauricio Pochettino, hingga Gareth Southgate. Namun, setelah kalah 0-3 dari Tottenham pada September lalu, United mulai mempertimbangkan Amorim secara serius sebagai alternatif jika Ten Hag tidak menunjukkan perkembangan yang diinginkan.

CEO United, Omar Berrada, yang juga pernah bekerja untuk Manchester City, menjadi salah satu pendukung kuat Amorim.

Dengan latar belakang Amorim yang sukses di Portugal, gaya komunikasinya yang lugas, dan klausul pelepasannya yang terjangkau sebesar 8,3 juta poundsterling, United akhirnya memilih Amorim untuk menahkodai klub.

Diskusi rahasia dengan Amorim pun dilakukan pada jeda internasional Oktober lalu, dan keputusan untuk menunjuknya dipastikan setelah kekalahan United dari West Ham pada pekan lalu.

Namun, apakah gaya Amorim akan cocok di Liga Premier Inggris?

Bagi Manchester United, Amorim datang dengan banyak harapan. Kedisiplinan taktik dan detail yang dimilikinya menjadi alasan kuat mengapa United berani mengambil risiko ini.

Amorim dikenal sebagai pelatih yang mampu mengkomunikasikan idenya dengan baik di lapangan, dan menurut sumber terdekat, dikutip dari ESPN, ia memiliki pendekatan yang jujur dan rendah hati.

“Dia adalah orang yang tulus dan mudah disukai. Tidak ada kepalsuan dalam dirinya,” kata salah satu sumber. Hal ini menjadi salah satu daya tariknya di mata para pemain dan staf.

Di luar kepribadiannya, pendekatan Amorim terhadap para pemain muda juga menarik perhatian. Di Sporting, ia sukses membina talenta muda seperti Goncalo Inacio, Ousmane Diomande, dan Geny Catamo. Kemampuan untuk mengembangkan potensi pemain muda bisa menjadi aset besar bagi United, yang dikenal sebagai klub dengan tradisi akademi yang kuat.

Di sisi lain, adaptasi ke Liga Inggris tidaklah mudah. Tingkat persaingan di Liga Premier Inggris jauh lebih tinggi dibandingkan Liga Portugal, dan ia harus segera menyesuaikan diri dengan intensitas serta gaya permainan yang lebih memerlukan fisik.

Dengan persaingan ketat dari klub-klub top lainnya, tugas Amorim tidak hanya fokus pada pembenahan taktik, tetapi juga dalam meningkatkan mentalitas tim.

Dengan segala kelebihannya, Amorim memiliki tugas besar di Old Trafford. United telah lama menantikan gelar liga sejak terakhir kali diraih pada 2013, dan ekspektasi untuk mengembalikan kejayaan tersebut selalu tinggi.

Namun, bila dilihat dari rekam jejaknya yang impresif di Portugal, Amorim memiliki potensi untuk mengubah wajah United.

Gaya permainannya yang progresif, keahliannya dalam mengembangkan pemain muda, serta pendekatannya yang rendah hati diharapkan bisa membawa energi baru ke ruang ganti United. Banyak pihak menaruh harap pada Amorim untuk mampu menghadirkan perubahan yang signifikan di Manchester United.

Baca juga: Ruben Amorim akui sempat terpikir gabung Manchester City

Baca juga: Ruben Amorim ternyata sempat minta penundaan latih Manchester United

Baca juga: MU resmi tunjuk Ruben Amorim sebagai pelatih hingga 2027

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024