Jakarta (ANTARA) - President Direktur PT Merck Tbk Alexandre de Muralt mengapresiasi kinerja pemerintah Indonesia dalam membuat langkah-langkah penerapan skrining untuk hipotiroidisme kongenital atau hipotiroid sejak bayi baru lahir.

“Saya senang bahwa pemerintah Indonesia telah mengambil langkah besar untuk menerapkan skrining tiroid bayi baru lahir dan memasukkannya dalam cakupan jaminan kesehatan nasional, yang menghasilkan 1,2 juta bayi yang telah diskrining pada tahun 2023 dan telah melampaui 1,3 juta bayi hingga Juli 2024,” kata Alexandre dalam konferensi pers penyerahan White Paper Tiroid di Jakarta, Selasa.

Alexandre mengatakan ini menunjukkan komitmen Indonesia terhadap kesehatan perempuan dan anak-anak. Peningkatan ini dapat menghasilkan kualitas kesehatan yang lebih baik bagi individu yang hidup dengan kondisi tiroid di seluruh Asia Pasifik, termasuk Indonesia.

Baca juga: Skrining tiroid bayi baru lahir cegah disabilitas intelektual

Bersama dengan dokter dari Indonesia, Merck juga meluncurkan White Paper yang berfokus mengatasi kesenjangan yang ada seputar penyakit tiroid khususnya pada area penting seperti kesadaran, pencegahan, skrining, pengawasan, dan peningkatan keterlibatan dengan pasien dan penyedia layanan kesehatan.

Fokus sasaran skrining adalah pada ibu bayi baru lahir, ibu hamil, terutama mereka yang berencana untuk hamil, orang dewasa yang lebih tua, dan individu yang berisiko tinggi terkena penyakit autoimun.

“Wawasan tersebut sangat berharga dalam membentuk pemahaman kita tentang tantangan dan peluang yang kita hadapi dalam mengelola penyakit tiroid. Penelitian tersebut menyoroti peluang signifikan untuk perubahan, khususnya dalam meningkatkan upaya skrining untuk kelompok berisiko tinggi,” kata Alex.

Baca juga: Masyarakat lereng pegunungan berisiko terkena gangguan tiroid

Dengan memprioritaskan populasi ini, dapat dipastikan bahwa lebih banyak orang menerima perawatan yang tepat waktu, terdiagnosis, dan tepat. Whitepaper ini sejalan dengan Merck Thyroid Manifesto, yang berfungsi sebagai ajakan untuk bertindak dan perubahan strategis menuju pendekatan yang lebih multidisiplin.

“Tujuan kami adalah untuk meningkatkan tingkat perawatan untuk gangguan tiroid dan mendiagnosis lebih dari 50 juta orang yang hidup dengan hipotiroidisme pada tahun 2030,” katanya.

Baca juga: Dokter jelaskan kondisi kelenjar tiroid yang membutuhkan pembedahan

Baca juga: Masalah tiroid lebih sering dialami wanita, ini sebabnya

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024