Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengakui, Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk kurang diminati, karena likuiditasnya tidak sebesar konvensional.
"Karena Sukuk itu likuditasnya tidak sekencang yang konvensional. Dia tidak bisa jalan sendiri, dia harus berdampingan dengan pertumbuhan perbankan syariah secara umum," kata Dirjen Pengelolaan Utang Kemenkeu Robert Pakpahan di Jakarta, Rabu malam.
Robert mengatakan, aset perbankan syariah sebesar Rp200 triliun hingga Rp300 triliun dinilai masih jauh di bawah aset perbankan konvensional di Indonesia, sehingga, pertumbuhan perbankan syariah tersebut perlu seiring dengan komitmen penerbitan Sukuk.
"Sambil dia bertumbuh sekarang, sambil tetap berkomitmen menerbitkan Sukuk, supaya suplai banyak dan selalu ada, itu komitmen pemerintah," ujarnya.
Menurut Robert, realisasi penerbitan Sukuk realisasi penerbitan Sukuk global dan rupiah mencapai 56,97 persen atau Rp41,2 triliun dari target Rp72,4 triliun pada 2014, sehingga kekurangannya masih sebesar Rp31,2 triliun dan masih ada Sukuk global yang akan diterbitkan pada sementer dua 2014.
"Kalau kami tiap lelang SBSN (Sukuk) kami menerbitkan 200, itu kan menambah instrumen syariah, tadinya target Rp1,5 triliun. Maksud saya, kalau menerbitkan dengan komitmen, maka suplai kertas syariah ini makin banyak kami harapkan mulai bergerak," kata Robert.
(S038/S004)
Pewarta: Sella P Gareta
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014