"Intinya kami mengenalkan wawasan wiyata mandala kepada para siswa baru yang berasal dari tingkat pendidikan sekolah dasar," katanya di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, wawasan wiyata mandala adalah suatu pandangan atau sikap menempatkan sekolah sebagai lingkungan pendidikan khususnya bagi siswa yang baru bergabung sebagai keluarga besar.
Bagi SMPN I Jakarta, MOS juga menjadi tempat para guru menanamkan nilai dan norma kehidupan, katanya.
Dalam pelaksanaan MOS misalnya, siswa putri diharapkan untuk mengikat rambutnya, hal ini bertujuan agar siswa tersebut dapat belajar nilai kerapihan dalam berpakaian, ujarnya.
"Nilai kedisplinan juga bisa terlihat dari pembelajaran baris-berbaris ketika hendak melaksanakan upacara," ujarnya.
Dia menuturkan etika, sopan santun, kedisiplinan, saling menghargai menjadi faktor utama yang harus ditanamkan pada siswa yang baru.
Sementara itu, ketika ditanyai mengenai penggunaan atribut selama masa orientasi, Hermansyah menjelaskan bahwa pada awalnya MOS SMPN I Jakarta menerapkan peraturan bahwa siswa putri harus mengenakan pita di rambut dan siswa putra mengenakan topi bola, namun ketika dievaluasi penggunaan atribut ini hanya dilakukan selama dua hari saja.
"MOS harus dilakukan secara mudah, meriah, hemat, efisien, efektif dan tidak membebani siswa atau orang tua sehingga kami akhirnya memutuskan untuk tidak menggunakan kembali atribut tersebut," tuturnya.
Selain itu, dia juga menyebutkan peserta MOS tahun 2014 meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu dari jumlah 270 menjadi 278 peserta yang membuktikan bahwa minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SMPN I Jakarta tinggi.
"Dari jumlah 278 peserta MOS tahun ini, 142 diantaranya merupakan siswa putri dan 136 lainnya adalah putra," katanya.
(D009/H-KWR)
Pewarta: Hendrina D Kandipi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014