"Sebagai orang yang berkeciumpung lama di dunia politik, saya melihat bahwa tentunya koalisi permanen ini rawan sekali untuk berumur panjang. Karena kita punya pengalaman yang sama di tahun 2004 pada waktu itu PDIP juga bagian dari itu," kata Pramono di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu.
Ia menceritakan, PDIP menggagas koalisi, yakni Koalisi Kebangsaan. Setelah Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri dinyatakan kalah saat itu dan hanya berhasil mengusung Agung Laksono menjadi Ketua DPR.
"Tetapi itu tidak bertahan lama. Dan akhirnya itu enggak sampai satu bulan. Begitu tidak bisa terpenuhi tujuannya, bubar dengan sendirinya. Maka saya lihat andaikan pada tanggal 22 Juli ini Jokowi-JK menang, diputuskan KPU meskpin masih ada gugatan ke MK sebagai pemenang, dalam Pilpres ini saya yakin, Koalisi Permanen juga tidak akan bertahan lama," kata politisi senior PDIP itu.
Bahkan, ujar dia, belum ditetapkan oleh KPU, sudah ada indikasi terjadinya perpecahan di internal Koalisi Permanen tersebut.
"Sekarang pun sudah ada kasak-kusuk. Ada beberapa partai yang ingin bergabung dengan PDIP. Ya itu adalah, enggak enak saya sebutkan. Enggak etis saya sampaikan," kata dia tanpa menyebut partai yang akan bergabung tersebut.
Terkait adanya partai yang tergabung dalam Koalisi Permanen yang akan bergabung dengan PDIP, Pramono mengaku sudah ada komunikasi.
"Ya kita ini sudah komunikasi lama, dan komunikasi itu berjalan baik dan cair.
Bahwa kemudian saya meyakini setelah tanggal 22 Juli ini katakanlah pak Jokowi-jK menang, saya yakin koalisi permanen apa umurnya tidak panjang," kata dia.
Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014