Jakarta (ANTARA) - Gedung Sate yang terletak di pusat kota Bandung menjadi destinasi wisata bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan arsitektur gedung sekaligus mengetahui sejarah, seni, dan budaya Jawa Barat.
Gedung legendaris yang didirikan tahun 1920 ini merupakan gedung ikonik Kota Bandung yang sudah tak asing lagi bagi masyarakat sekitar hingga luar kota Bandung.
Bagi masyarakat lokal maupun wisatawan dari luar kota, bisa berkunjung ke Taman Gedung Sate yang luas dan nyaman sebagai tempat berfoto dan bersantai sambil menikmati jajanan sekitar area taman.
Baca juga: 1.027 penari suguhkan Tari Merak kolosal di Gedung Sate Bandung
Selain itu, terdapat Museum Gedung Sate sebagai fasilitas edukasi sekaligus menjadi tempat yang cocok untuk berwisata bersama keluarga atau teman.
Berada di lokasi strategis, tepatnya di Jalan Diponegoro No. 22, pengunjung dapat mengunjungi Gedung Sate dengan mudah menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum seperti angkot dan bus.
Gedung Sate terbuka untuk umum dan Museum Gedung Sate dibuka setiap hari Selasa-Minggu dan libur pada hari Senin. Pengunjung bisa datang mulai pukul 09.30 WIB hingga 16.00 WIB.
Syarat untuk masuk museum ini hanya dengan membeli tiket yakni sebesar Rp5.000 per orang bagi seluruh kalangan pengunjung.
Pembelian tiket bisa secara langsung di loket museum atau melakukan reservasi melalui WhatsApp atau Instagram resmi Museum Gedung Sate.
Saat jam operasional dan sudah memiliki tiket, pengunjung bisa mulai masuk ke Museum Gedung Sate dan menjelajahi berbagai koleksi seni dan budaya, hingga kisah sejarah Jawa Barat dan asal mula pembangunan Gedung Sate.
Pengenalan sejarah seni budaya tersebut ditampilkan melalui berbagai fasilitas teknologi dan visualisasi yang canggih, seperti auditorium pemutaran film sejarah, interactive glass, architarium, hingga virtual reality 3D.
Baca juga: Mengenal sejarah Gedung Sate dan keunikan arsitekturnya
Baca juga: Kebijakan tanpa emisi Gedung Sate dimulai Kamis-Jumat pekan ini
Baca juga: Wagub: Museum Gedung Sate jadi sumber sejarah
Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024