Jepara (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, pemerintah pada masa mendatang tidak ingin selalu menaikkan tarif dasar listrik (TDL) mengingat pemenuhan kebutuhan energi akan ditingkatkan dari tahun ke tahun. "Sejak Indonesia berdiri hingga kini, daya listrik yang kita produksi 25 ribu megawatt. Jumlah itu belum mencukupi, sehingga untuk mencukupinya ditempuh dengan meningkatkan kapasitas PLTU hingga 10 ribu megawatt," katanya saat meresmikan PLTU Tanjung Jati B, di Desa Kaliaman, Jepara, Sabtu. Turut hadir dalam peresmian itu, Menteri Energi dan SDM Purnomo Yusgiantoro, Menteri BUMN Sugiharto, Gubernur Jateng Mardiyanto, Bupati Jepara Hendro Martoyo, dan Dirut PLN Eddi Widiono, serta para investor PLTU tersebut. PLTU Tanjung Jati B yang menggunakan bahan bakar batu bara asal Kallimantan Timur itu memiliki kapasitas terpasang 2x660 megawatt. Biaya pembangunannya 1,5 miliar dolar AS, yang dibangun di atas lahan seluas 150 hektar, dan memiliki tiga ribu karyawan. Pengoperasian PLTU itu terealisasi setelah mulai 2003 pembangunannya diintensifkan. Pembangunannya sempat terkendala saat krisis mononter melanda Indonesia. PLTU Tanjung Jati B merupakan bagian integral dari jaringan penyediaan listrik terpadu Jawa-Bali. Adapun keperluan listrik untuk Jawa-Bali-Madura yang terpasang sebanyak 15 ribu megawatt. PLTU Paiton Jatim yang memiliki 3200 megawatt, juga memakai batu bara sebagai bahan bakarnya. "Dengan pengoperasian PLTU Tanjung Jati B ini, elektrifikasi nasional bisa makin cepat diwujudkan. Kita sempat terancam krisis energi karena harga BBM yang meroket. Kita tidak ingin hal itu terulang," katanya. Melihat hal itu, pemerintah tidak lagi menggantungkan sepenuhnya sumber energi dari BBM, dan mulai bertahap mengalihkannya pada batu bara dan energi terbarukan, seperti biodiesel. "Cadangan BBM kita tinggal 1,2 persen dari cadangan minyak dunia, yang kalau tidak ada temuan sumur baru, maka minyak hanya bisa dipakai hingga 20 tahun lagi, gas cukup 60 tahun, dan batu bara hingga 150 tahun lagi," katanya. Ia mengatakan Indonesia bertekad mengurangi subsidi listrik dan BBM, apalagi sebagian dari penjualan BBM itu dipakai untuk membayar utang luar negeri. Presiden meminta PLN untuk terus memperbaiki distribusi listrik dan manejemen pelayanannya. Mengenai kekhawatiran dampak kesehatan atas penggunaan batu bara, ia mengatakan hal itu bisa diatasi dengan menggunakan teknologi yang tepat dan memadai. Menteri Purnomo mengatakan pengoperasian PLTU Tanjung Jati B melengkapasi penyediaan listrik Jawa-Bali-Madura menggunakan SUTET. "Berdasarkan perencanaan penyediaan listrik 2006-2010, investasi penyediaan listrik yang bisa dilakukan di Indonesia mencapai Rp170 triliun, yang 15 persen dari angka itu dipakai untuk pembangunan pembangkit listrik besar seperti Tanjung Jati B," katanya. Ia mengatakan, sebanyak 100 juta orang Indonesia hingga sekarang belum menikmati listrik. Karena itu, pemerintah mengundang investor manca negara.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006