Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan menggandeng perguruan tinggi swasta untuk ikut mendukung percepatan penanganan stunting atau tengkes di wilayah tersebut lewat program Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Sekretaris Kota (Sekko) Jakarta Selatan Ali Murtadho menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak dalam penanganan stunting.

"Penanganan stunting tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja, semua unsur harus terlibat, termasuk akademisi, LSM, masyarakat dan pemerintah daerah," katanya di Jakarta, Senin.

Ia menambahkan bahwa pendekatan ini harus bersifat terpadu, dengan harapan kegiatan KKN tematik ini dapat menghasilkan terobosan inovatif untuk mempercepat penanganan stunting.

Baca juga: Jaksel evaluasi stunting untuk tambah tinggi dan berat badan anak

Ali juga menegaskan pentingnya inovasi dalam program ini dan berharap mahasiswa mampu menghimpun data yang relevan agar setelah KKN, pemerintah dapat memfokuskan upaya mereka secara efektif.

"Dari 8 aksi konvergensi stunting yang telah ditetapkan secara nasional, kami berharap dapat menghasilkan langkah-langkah inovatif yang sesuai dengan kondisi lokal," katanya.

Wakil Rektor 1 Universitas Yarsi, Wening Sari menjelaskan, kegiatan KKN yang dijalankan mahasiswa merupakan program integrasi antara kegiatan pengabdian masyarakat dan proses pembelajaran.

"Dalam program ini, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan sosial dan empati, serta mengimplementasikan pengetahuan yang mereka peroleh selama kuliah," katanya.

Adapun fokus penanganan stunting di Jakarta Selatan dilakukan atas permintaan khusus dari Dinas Pemberdayaan, Pelindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta.

Baca juga: Pemkot Jaksel petakan 16 kelurahan untuk tangani kasus stunting

Program KKN yang diikuti 232 mahasiswa ini dilaksanakan dengan metode hybrid. Mahasiswa tidak tinggal di lokasi, tetapi akan melakukan kunjungan untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat setempat.

Mahasiswa berfokus pada 23 kelurahan di 10 kecamatan yang telah ditentukan untuk melakukan penanganan stunting.

Kegiatan ini dijadwalkan berlangsung hingga Desember, dengan laporan akhir diharapkan selesai pada awal Januari 2025.

Data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta sepanjang Januari hingga Agustus 2024, tercatat sebanyak 36.664 balita menghadapi masalah gizi. Dari angka tersebut, sebanyak 26,74 persen atau 10.340 anak mengalami stunting.

Kendati demikian, dari 10.340 kasus stunting, 5.969 anak sudah membaik dan 4.371 anak yang masih berjuang.

Pewarta: Ade irma Junida/Yamsyina Hawnan
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024