Banyak petani `menjerit` akibat harga cabai yang sangat fluktuatif,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian Suswono mengatakan banyak petani cabai pada umumnya "menjerit" karena labilnya harga cabai yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti cuaca.
"Banyak petani menjerit akibat harga cabai yang sangat fluktuatif," kata Suswono, di Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, Cianjur, Jawa Barat, Selasa.
Dia mencontohkan para petani yang tergabung dalam Gapoktan Multi Tani Jayagiri mengalami kerugian akibat harga jual yang lebih kecil dari biaya produksi.
"Terakhir di sini harga jual cabai keriting sampai Rp3 ribu padahal BEP (break even point/titik impas) bisa sampai Rp6 ribu. Artinya rugi karena biaya produksi lebih tinggi."
"Tentu saja saat ini petani rugi tapi tadi kita lihat di pasar Cipanas (berjarak sekitar 30 kilometer dari Desa Cipendawa) harga cabe keriting di tingkat grosir Rp8-9 ribu. Artinya kawasan tersebut belum terlalu jauh tapi selisih harga jualnya hampir tiga kali lipatnya," katanya.
Menteri mengatakan faktor cuaca sangat berpengaruh pada harga jual cabai. Terlebih di saat sekarang sedang berada di bulan puasa dan menjelang Idul Fitri sehingga selisih harga yang cukup besar sangat mungkin terjadi.
"Pernah cabai keriting harganya sampai Rp40 ribu per kilonya. Tentu ini perlu diantisipasi lebih baik lagi agar fluktuasi harga tidak terlalu tajam. Salah satunya adalah dengan inovasi," kata Suswono.
Sudrajat, anggota Gapoktan Multi Tani Jayagiri mengeluhkan harga jual cabai keriting merah terlampau murah. Harapan dia adalah mendapatkan harga yang lebih baik setidaknya sedikit di atas BEP. Terlebih saat ini merupakan saat-saat puasa dan jelang lebaran.
"Mendekati hari raya itu seharusnya harganya tinggi tapi ini malah turun," katanya.
Menurut dia, turunnya harga itu karena melimpahnya cabai akibat panen raya. "Karena serempak panen raya maka harga turun," kata dia.
Mentan Suswono sendiri mengatakan murahnya harga cabai murah itu karena antisipasi dari petani yang kurang tepat.
"Banyak petani yang memperkirakan harga cabai akan naik saat puasa dan jelang lebaran sehingga memproduksi cabai besar-besaran. Akibatnya komoditas melonjak dan harga jatuh," kata dia.
Suswono mengatakan akan mengupayakan kerja sama antara petani cabai dengan sejumlah perusahaan produsen yang menggunakan cabai sebagai bahan bakunya. Dengan begitu, stok cabai yang berlebih dapat dimanfaatkan tanpa harus terbuang.
Dengan kerja sama itu, kata dia, harus ada kesepakatan kontrak antara petani dan perusahaan terkait harga yang pasti dan tidak fluktuatif.
"Kami terus berpikir, kalau bisa mereka itu kontrak dengan industri seperti dengan Indofood ataupun ABC. Saya kira ini akan efektif menyerap produksi petani berlebih dengan harga yang stabil."
"Tentu jika ada kontrak seperti itu tentu harus sama-sama disiplin. Misalnya saat harga bagus di pasar, kemudian petani tidak menyuplai ke industri tentu hal itu kan tidak benar. Sebaliknya, saat harga jatuh harusnya industri tetap membeli kepada petani, bukan malah membeli komoditi di pasar karena harganya sedang murah. Tentu hal ini tidak sehat," kata dia.
(A061/B012)
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014