Jakarta (ANTARA) - Akademisi dari Amerika Serikat (AS) Prof. Robert W. Hefner memuji umat beragama di Indonesia yang walaupun menganut kepercayaan berbeda-beda namun tetap menunjukkan sikap toleransi dan hidup rukun satu sama lain.

"Kerukunan itu tidak hanya berarti montolerir seseorang tapi juga bergerak untuk hidup damai bersama-sama dan itu memang keistimewaan Indonesia," kata Robert saat ditemui di Gereja Katedral Jakarta pada Senin.

Menurutnya, bentuk kerukunan umat beragama di Indonesia disimbolkan oleh bangunan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta yang lokasinya berdampingan.

Profesor dari Boston University ini berpandangan, kedua bangunan ini mencerminkan bahwa toleransi dan kerukunan antarumat beragama merupakan tradisi yang telah diterapkan oleh masyarakat Indonesia sejak lama.

"Menurut saya ini salah satu contoh dari tradisi toleransi dan kerukunan yang berjalan di Indonesia sejak dulu," ujarnya.

Robert mengatakan toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia masih tetap terjaga kendati telah mengalami tantangan politik.

"Kedua institusi ini mencerminkan nilai-nilai yang lebih dasar lagi, lebih berlandaskan bagian dari kebudayaan Indonesia yaitu toleransi dan kerukunan," kata dia.

Robert W. Hefner bersama sejumlah akademisi dari berbagai negara menjadi partisipan dalam Konferensi Internasional Humanitarian Islam yang digelar pada Selasa (5/11).

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan ini, para delegasi mengunjungi Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta pada Senin. Di Istiqlal mereka disambut oleh Kepala Bidang Penyelenggaraan Peribadatan Masjid Isqitlal Bukhori Sail Attahiri.

Sedangkan di Gereja Katedral Jakarta, Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo menyambut kunjungan para delegasi Konferensi Internasional Humanitarian Islam.

Diketahui, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Konferensi Internasional Humanitarian Islam pada 4-6 November 2024 di Jakarta untuk merumuskan dan menawarkan solusi dari berbagai macam konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia.

Konferensi ini akan menghadirkan puluhan kiai, cendekiawan, dan akademisi internasional dari Amerika Serikat, Eropa, Kanada, Australia, Afrika, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Mereka bersama-sama akan menjadi partisipan aktif serta memberi masukan dan dorongan dari berbagai upaya penyelesaian konflik yang terjadi di dunia global.

Baca juga: Paus Fransiskus, Imam Besar tandatangani Deklarasi Bersama Istiqlal
Baca juga: China Space diresmikan di Masjid Istiqlal
Baca juga: Nasaruddin: Khotbah Imam Besar Masjid Nabawi jadi sejarah di Istiqlal

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024