Jenewa (ANTARA News) - Palang Merah Internasional Jumat mengkonfirmasi bahwa mereka telah mengunjungi 14 tersangka teroris yang dipindahkan dari penjara rahasia Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) ke penjara Teluk Guantanamo. Mereka juga telah melihat 454 tahanan dari 40 negara dalam kunjungan yang berlangsung tiga minggu dan berakhir Jumat sore. "Dalam kunjungan ini kami melihat 454 tahanan, termasuk 14 orang yang sebelumnya ditahan CIA dan kemudian dipindahkan," kata juru bicara Palang Merah Internasional, Vincent Lusser. Dari ke-14 tahanan tersebut terdapat tersangka otak peristiwa 9/11 yaitu Khalid Sheikh Mohammed dan dua pimpinan Al Qaeda, Ramzi Binalshibh dan Abu Zubaydah. Markas besar angkatan bersenjata Amerika Serikat Pentagon pada Kamis mengatakan Palang Merah Internasional telah diberi akses untuk pertama kalinya mengunjungi 14 tahanan yang digambarkan "paling berbahaya di dunia serta individu keji." "Yang penting adalah kami dapat mendaftar mereka, artinya begitu mereka ada dalam sistem kami, kami setiap waktu memantau mereka selama dalam tahanan," kata Lusser. Seluruh tahanan juga mendapat kesempatan menitipkan pesan ke keluarga mereka lewat Palang Merah Internasional. Akses melihat tahanan diberikan asalkan Palang Merah Internasional merahasiakan temuan dan hanya berbagi dengan pihak berwenang dalam penahanan. Badan-badan hak asasi Perserikatan Bangsa-bangsa telah meminta Guantanamo, penjara tanpa kejelasan masa tahanan, ditutup, begitu juga penjara rahasia dimana tahanan rentan terhadap perlakuan tidak senonoh. Bulan lalu pejabat resmi Amerika Serikat mengemukakan CIA telah menahan kurang dari 100 tersangka di penjara rahasia dan setelah pemindahan 14 tersangka tersebut, tidak ada lagi yang ditahan. Ketika menjawab pertanyaan apakah Palang Merah Internasional yakin bahwa tidak ada lagi tersangka di penjara rahasia, Lusser mengatakan, "Kami menilai kembali situasi menyusul pernyataan Amerika Serikat. Sangat menjadi perhatian kami apakah program itu masih akan dijalankan atau dilanjutkan."(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006