"Kalau sekarang kita membicarakan tentang penanggulangan penyakit menular tentu banyak sekali jenisnya seperti adanya kasus cacar air, cacar monyet, gondongan lalu mulai muncul juga kasus polio kembali," ujar Mohammad Adib Khumaidi di Bandarlampung, Senin.
Ia mengatakan dalam menangani penyakit menular tidak sekadar melakukan penanganan preventif melalui imunisasi saja, melainkan perlu langkah cepat dalam penemuan kasus.
"Dan disini fungsi puskesmas melalui surveilans untuk menemukan, membatasi kasus dan memberi waktu untuk anak terpapar beristirahat di rumah sangat penting. Dengan cepat ditemukan kasus maka persebaran akan terputus," ucap dia.
Dia melanjutkan bila kasus telah ditemukan maka langkah karantina di lokasi terpapar cacar air atau penyakit menular lainnya perlu dilakukan, dengan petugas surveilans tetap mencari kasus di lokasi agar penyakit dapat tuntas teratasi.
"Jadi ini bentuk preventif, surveilans melakukan pembatasan termasuk menghindari aktivitas dengan meliburkan siswa selama dua pekan sambil mereka mencari kasus. Ini menjadi upaya penanganan sistematis seperti saat COVID-19 kemarin," ujar dia.
Menurut dia, seperti yang terjadi di beberapa daerah terkait kasus gondong dan cacar air di sekolah, dan menular dengan cepat karena termasuk penyakit menular yang penyebarannya melalui virus ataupun kuman. Kejadian tersebut menjadi peringatan dini bagi penanganan penyakit menular di tengah masyarakat terutama lingkungan sekolah.
"Imunisasi perlu sekali tapi ini harus satu bagian dengan menjaga kebersihan lingkungan, pemenuhan gizi, menjaga kebersihan pribadi seperti yang dilakukan saat COVID-19. Ini harus jadi satu bagian gaya hidup dan kebiasaan ini mungkin sederhana tapi dampaknya luar biasa," kata Ketua Umum IDI.
Baca juga: Ketum IDI: Aktifkan kantin sehat jaga keamanan pangan anak
Baca juga: Ketum IDI: Modal atasi masalah kesehatan adalah kolaborasi
Baca juga: Ketum IDI: Dokter tidak bisa hanya mengandalkan teknologi
Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024