"Karena tujuan awal dari pelatihan ini adalah untuk menghasilkan kepemimpinan dari tingkat desa yang berhasil menyejahterakan masyarakatnya sendiri. Kalau desa itu menyala (berhasil), daerah itu akan menyala," kata La Ode dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, selama ini pemerintah desa masih belum menyadari bahwa mereka adalah bagian dari pemerintah secara nasional. Akibatnya, aparat desa tidak memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan program kerja nasional yang dibuat oleh Pemerintah.
Apabila pemerintahan desa berhasil membangun dirinya seperti pemerintahan daerah, dia optimistis setiap desa akan mampu menghadapi pembangunan bersistem digital.
La Ode mengatakan bahwa sejauh ini sudah banyak desa yang membuat terobosan untuk urusan desanya usai mengikuti pelatihan P3PD. Salah satu contohnya adalah Desa Sambirejo di Yogyakarta yang mulai melibatkan masyarakat dalam mendesain tata ruang.
Dengan demikian, masyarakat di Sambirejo tidak lagi hanya menjadi penonton ketika investor masuk. Desa Sambirejo juga mulai mendesain tata ruang yang ramah lingkungan.
Contoh lain yang sukses berkat pelatihan P3PD adalah Desa Lubuk Lawas di Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, pelatihan P3PD telah berhasil membuat aparaturnya lebih komunikatif dalam menyelesaikan batas desa.
Kepala Desa Lubuk Lawas Wiwin Ardiansyah mengungkapkan bahwa pihaknya berhasil menyelesaikan persoalan batas desa usai mengikuti pelatihan P3PD. Padahal, persoalan batas desanya itu tidak pernah mampu selesai selama menjabat kepala desa bertahun-tahun.
"Desa kami desa baru. Jadi, peralihan dari desa lama ke desa baru otomatis batas desanya belum jelas. Akan tetapi, lewat pelatihan P3PD jadi tahu caranya menyelesaikan persoalan batas desa," katanya.
Baca juga: Kemendagri siapkan 69 rancangan permen pada masa 100 hari kerja kabinet
Baca juga: Pj Gubernur Bali unggulkan tiga inovasi buat raih IGA 2024
Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024