Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pertanian hingga saat ini masih memberikan peluang yang besar bagi pemilik modal baik asing (PMA) maupun dalam negeri (PMDN) untuk menanamkan modalnya bagi pengembangan agribisnis komoditas pangan tersebut. Menteri Pertanian Anton Apriyantono di Jakarta, Jumat menyatakan, pengembangan agribisnis padi tersebut terutama diarahkan untuk areal-areal pertanian baru di luar Jawa yang memang masih tersedia luas dibanding di Pulau Jawa. "Namun demikian kita mengharapkan para pemilik modal yang ingin mengembangkan agribisnis padi tersebut tetap melakukan kemitraan dengan petani," katanya. Sebelumnya, Anton menyatakan, meskipun pemerintah membuka luas kesempatan berinvestasi di sektor pertanian kepada PMA maupun PMDN namun untuk komoditas tertentu yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak tetap dilakukan pembatasan ataupun dengan persyaratan tertentu. "Kita memiliki daftarnya dan nanti akan diajukan terlebih dulu ke DPR," katanya tanpa bersedia menyebutkan komoditas yang akan dibatasi bagi investor tersebut. Sementara itu berdasarkan hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian, Departemen Pertanian, untuk mencapai swasembada padi nasional diperlukan investasi sebesar Rp80,8-Rp85,9 triliun selama 2006-2025. Jumlah investasi tersebut terdiri dari investasi pemerintah dalam bidang pencetekan sawah, saluran irigasi, litbang, penyuluhan dan intesifikiasi maupun investasi swasta terutama untuk pengadaan alat-alat pertanian seperti traktor, tresher, gudang, penggilingan padi maupun benih hibrida. Menurut Badan Litbang, jika investasi yang diperlukan sebesar Rp80,66 triliun maka dari pemerintah sebesar Rp7,4 triliun sedangkan dari swasta Rp63,18 triliun sedangkan kalau kebutuhan investasi senilai Rp85,9 triliun maka dari pihak pemerintah sebesar Rp18,8 persen dan swasta Rp67,1 triliun. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia , kebutuhan beras pada periode 2005 hingga 2025 diproyeksikan akan terus meningkat. Kalau pada 2005 kebutuhan beras setara 52,8 juta ton gabah kering giling (GKG) maka 20 tahun mendatang akan meningkat menjadi 65,9 juta ton GKG.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006