Jakarta (ANTARA) -
Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Mgr Antonius Subianto Bunyamin menilai bahwa Keuskupan Labuan Bajo harus mampu mempertahankan kekayaan budaya lokal dari benturan ragam budaya luar yang masuk.
 
"Yang dibutuhkan di Labuan Bajo ini adalah kecerdasan spiritual di tengah tantangan budaya luar. Keuskupan ini harus bisa menjaga kebijaksanaan lokal sebagai kecerdasan lokal, budaya, dan keluhuran kultural," kata Antonius, seperti dikutip dari keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
 
Ia lalu menyampaikan benturan beragam budaya luar yang masuk ke Labuan itu berpotensi menggerus tradisi, moralitas, spiritual, ekonomi yang inklusif, maupun keselamatan ekologis.
 
Hal tersebut disampaikan Antonius usai uskup pertama Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) Mgr. Maksimus Regus ditahbiskan pada Jumat (1/11). Diketahui Keuskupan Labuan Bajo merupakan pemekaran dari Keuskupan Ruteng. Cikal bakal keuskupan baru tersebut dimulai dari proposal yang diajukan Mgr Siprianus Hormat pada tahun 2021, yang kemudian disetujui oleh Tahta Vatikan pada 2022.
 
Mgr Maksimus Regus dipilih sebagai uskup perdana dan dipercayakan Paus Fransiskus untuk memimpin Keuskupan Sufragan Labuan Bajo tersebut.
 
Maksimus Regus dalam sambutannya setelah pentahbisan mengatakan bahwa Keuskupan Labuan Bajo hadir tepat waktu di tengah pariwisata di tempat tersebut yang berkembang pesat. Keuskupan tersebut, kata dia, menjadi jawaban sekaligus pintu gerbang yang bakal memadukan budaya, iman, dan beragam masyarakat dalam satu persimpangan spiritual.
 
“Kami ingin memperkuat persekutuan yang inklusif, menjadi mencusuar harapan dan iman bagi semua yang datang ke Labuan Bajo. Di tengah segala tantangan tersebut, kami juga harus membangun fondasi baru, baik fisik, spiritual, maupun pastoral,” kata dia.
 
Sebelum ditahbiskan menjadi uskup, Maksimus Regus telah menjalani serangkaian kegiatan. Di antaranya, bersilaturahim ke Sekretariat Nahdlatul Ulama (NU) Labuan Bajo, mengadakan kegiatan sosial karitatif pembagian sembako, hingga kegiatan bernuansa ekologis, seperti rehabilitasi terumbu karang dan penanaman pohon.
 
Rangkaian kegiatan tersebut sejalan dengan lima prinsip (5P), yaitu perdamaian (peace), kesejahteraan (prosperity), manusia (people), bumi (planet), dan kemitraan (partnership), yang senantiasa harus diperjuangkan untuk menghadirkan perdamaian dan kesejahteraan secara luas untuk masyarakat setempat.

Baca juga: Polres Mabar siagakan personel gabungan amankan penahbisan uskup
Baca juga: Ketua KWI pimpin Misa Arwah Mgr John Saklil
Baca juga: Menparekraf harap Pulau Flores jadi pusat wisata religi umat Katolik

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024