Hangzhou (ANTARA) - Para peneliti China baru-baru ini mengungkapkan bagaimana mereka mengidentifikasi jejak tanaman padi di dua serpihan keramik yang berasal dari 10.000 tahun silam dengan menggunakan pemindaian tomografi terkomputasi atau computed tomography scan (CT scan).

Temuan itu memberikan petunjuk baru tentang asal-usul domestikasi padi.

Kepala tim peneliti di Fakultas Seni dan Arkeologi Universitas Zhejiang, An Ting, mengungkapkan kepada Xinhua bahwa penelusuran evolusi padi liar menjadi padi hasil domestikasi masih menghadapi tantangan besar mengingat kelangkaan peninggalan makrobotani, seperti benih, bunga, batang, dan serat padi yang ditemukan.

Oleh sebab itu, jejak tanaman pada artefak berfungsi sebagai bukti penting dalam menelusuri keberadaan tanaman,An menjelaskan sambil memperkenalkan penelitian mereka yang diterbitkan dalam jurnal internasional The Holocene.

Dua serpihan keramik yang dianalisis menggunakan CT scan itu ditemukan di Situs Shangshan, sebuah reruntuhan kuno yang terletak di hilir Sungai Yangtze di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Provinsi Zhejiang. Ditemukan pada tahun 2000, situs tersebut berasal dari sekitar 11.400 hingga 8.600 tahun silam.
 
Seorang staf menganalisis serpihan keramik dengan perangkat CT scan di Provinsi Zhejiang, China timur. (ANTARA/Xinhua) 


Kebudayaan Shangshan, yang dinamai sesuai dengan nama situsnya, dikenal sebagai kebudayaan Neolitikum paling awal di lembah bawah Sungai Yangtze dan dianggap sebagai tempat lahirnya budi daya padi global.

Namun, menemukan bukti-bukti yang kondisinya masih baik yang dapat menunjukkan perbedaan antara padi liar dengan varietas yang telah didomestikasi di wilayah tersebut masih menjadi tantangan utama dalam penelitian arkeologis terkait.

Tim peneliti yang dipimpin oleh An telah mengeksplorasi penggunaan micro-CT beresolusi tinggi guna mengungkap rahasia yang tersembunyi di dalam fragmen tembikar yang digali dari Situs Shangshan sejak 2021.

Pada tahap awal penelitian, dua fragmen keramik yang menunjukkan jejak karbonisasi tanaman yang signifikan diseleksi dari sekian banyak serpihan tembikar yang ditemukan di Situs Shangshan. Dengan bantuan mikro-CT scan dan pemodelan komputer, para peneliti mengidentifikasi 184 jejak malai, atau kumpulan benih padi pada batang padi, yang tersimpan di dalam dua pecahan tembikar.

Evaluasi bekas luka absisi pada malai sering dianggap sebagai penanda diagnosis yang paling andal untuk domestikasi padi. Benih padi hasil domestikasi, tidak seperti padi liar, tidak dapat melepaskan kulitnya secara alami sehingga memiliki "bekas luka" akibat absisi buatan.

Padi liar tidak menunjukkan ciri-ciri seperti itu.

Evaluasi itu menunjukkan bahwa 12 persen dari 184 jejak padi tersebut menunjukkan ciri proses domestikasi. Menurut tim peneliti, ukuran sampel memiliki signifikansi statistik dalam bidang arkeologi.

Sebagai kesimpulan, tim peneliti menyatakan dalam makalah tersebut bahwa identifikasi fenotipe domestikasi, yang menyumbang 12 persen dari jejak padi yang dipulihkan, bersama dengan sifat-sifat domestikasi lain yang dapat dilihat dari benih padi, memberikan wawasan baru tentang tahap awal domestikasi padi.

Selain itu, penelitian telah menghasilkan pembuatan basis data yang paling luas tentang sisa-sisa padi purba dan merupakan penelitian pertama yang menggunakan analisis mikro-CT pada serpihan keramik yang mengandung jejak-jejak tanaman purba.

Budi daya padi, makanan pokok bagi miliaran orang di seluruh dunia, telah memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan peradaban China.

Para cendikiawan dari berbagai bidang akademis telah lama tertarik untuk mempelajari bagaimana manusia pertama kali mulai membudidayakan padi liar, serta proses evolusi padi liar menjadi padi hasil domestikasi. 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024