Jakarta (ANTARA News) - Sedikitnya 145 dari 192 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyatakan dukungannya kepada pencalonan Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan (DK PBB). "Sejak mencalonkan pertama kali pada 1999, Indonesia sudah aktif melakukan lobi untuk menggalang dukungan, sekarang sudah 145 negara atau lebih dari dua pertiga yang menyatakan dukungan," kata Jurubicara Departemen Luar Negeri (Deplu-RI) Desra Percaya di Jakarta, Selasa, saat mengungkapkan optimismenya. Menurut Jubir Deplu-RI, jika terpilih menjadi anggota tidak tetap DK-PBB maka keberadaan Indonesia akan dapat menjadi kekuatan penyeimbang mewakili suara dunia ketiga, yaitu OKI (Organisasi Konferensi Islam) dan GNB (Gerakan Non-Blok). Agenda pertamanya, lanjut dia, tentu saja menyelesaikan konflik di Timur Tengah terutama masalah Palestina. "Indonesia juga menginginkan ada reformasi DK-PBB, tidak hanya masalah struktur mengenai veto namun juga metode kerja karena seringkali resolusi di DK hanya diputuskan oleh satu dari lima negara pemegang hak veto," katanya. Menurut Jubir Deplu-RI itu, selama Menteri Luar Negeri (Menlu) Hassan Wirajuda mengikuti sidang Majelis Umum PBB di New York bulan lalu, Menlu telah melakukan pertemuan bilateral dengan 35 Menlu dari negara-negara anggota PBB lainnya untuk menegaskan dukungan mereka. "Saingan kita Nepal, dan hingga menjelang pemilihan nanti kita masih akan terus melakukan lobi melalui perwakilan kita di New York," ujarnya. Pemilihan tersebut akan dilakukan pada hari Senin, 16 Oktober pukul 21.00 WIB. Optimisme Indonesia bukan tidak beralasan, menurut Menlu-RI sebelum keberangkatannya ke New York, citra dan rekam jejak Indonesia dalam upaya untuk mendukung dan menciptakan perdamaian dan keamanan dunia merupakan salah satu bahan pertimbangan negara-negara anggota PBB untuk mendukung Indonesia, katanya. "Kita tahu peranan DK adalah dalam upaya menjaga perdamaian dan keamanan dunia dan dalam hal ini peran Indonesia untuk menciptakan perdamaian sangat dikenal baik dalam catatan sejarah diplomasi Indonesia," ujar Menlu. Keaktifan Indonesia dalam menciptakan perdamaian dan keamanan dunia cukup kuat untuk menjadi alasan mereka memilih Indonesia, katanya. Partisipasi Indonesia dalam menyelesaikan konflik di Kamboja dan di Filipina Selatan pada 1993-1996 melalui proses perundingan antara pejuang Moro dan Pemerintah Filipina, serta pengiriman sejumlah kontingen perdamaian untuk berpartisipasi dalam pasukan perdamaian internasional, merupakan nilai lebih Indonesia. Indonesia juga memiliki peranan besar dalam menciptakan tertib kawasan, misal melalui ASEAN. Dengan kerjasama politik dan keamanan ASEAN, sedikit banyak selama 40 tahun terakhir kawasan Asia Tenggara menikmati perdamaian. Semua itu menjadi catatan yang layak dan menjadi pertimbangan bagi banyak negara atas potensi Indonesia. Selain Indonesia, dari kelompok Asia ada Nepal yang juga menyatakan minatnya untuk mengisi satu kursi di anggota tidak tetap DK.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006