Jakarta (ANTARA) - Bareskrim Polri bersama jajaran mengungkap puluhan kasus narkoba yang di antaranya tiga jaringan narkoba besar dalam rangka mendukung misi Astacita Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Sebagai informasi, poin ketujuh Astacita adalah memperkuat reformasi politik, hukum, dan birokrasi serta memperkuat pencegahan dan pemberantasan korupsi dan narkoba.
“Ditekankan kembali pada sasaran prioritas keempat program Pemerintah Republik Indonesia, yaitu pencegahan dan pemberantasan narkoba bahwa pemerintah harus semaksimal mungkin untuk menutup semua celah yang memungkinkan terjadinya penyelundupan narkoba,” kata Kabareskrim Polri Komjen Pol. Wahyu Widada, dalam konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat.
Baca juga: Polri: Tersangka bandar besar narkoba Jambi tak terkait Fredy Pratama
Terlebih, katanya, Kapolri juga telah menginstruksikan seluruh jajarannya untuk memberantas narkoba dari semua lini mulai dari hulu sampai dengan hilir.
Menindaklanjuti program Astacita Presiden RI dan instruksi dari Kapolri, Bareskrim Polri bersama Polda jajaran dan instansi terkait, yakni Kejaksaan Agung, BNN, Ditjen Pemasyarakatan, Ditjen Bea dan Cukai, PPATK, dan Drug Enforcement Administration (DEA), mengungkap puluhan perkara.
“Dalam kurun waktu dua bulan, September sampai dengan Oktober, telah melaksanakan joint operation pengungkapan 80 perkara yang di antaranya merupakan tiga jaringan narkoba internasional,” kata Wahyu.
Ia mengungkapkan tiga jaringan narkoba internasional itu adalah jaringan FP (Fredy Pratama) yang beroperasi pada 14 provinsi, jaringan HS yang beroperasi pada lima provinsi, dan jaringan H (Helen) yang beroperasi di Jambi.
“Jumlah tersangka yang berhasil diamankan dari joint operation periode bulan September dan Oktober 2024 sebanyak 136 orang tersangka,” kata dia.
Baca juga: Polri dan Polisi Thailand komunikasikan penangkapan Fredy Pratama
Dalam pengungkapan ini, kata dia, Kepolisian menyita sejumlah barang bukti dengan jumlah yang fantastis, yakni sabu sebanyak 1,7 ton, ganja 1,12 ton, ekstasi 357.731 butir, pil Happy Five 6.300 butir, ketamin 923,3 gram, pil Double LL 127.000 butir, kokain 2,5 kilogram, tembakau sintetis 9.064 gram, hasis 25,5 kilogram, MDMA 4.110 gram, mefedron 8.157 butir, dan happy water 2.974,9 gram.
Dari total barang bukti tersebut, kata Wahyu, pengungkapan kasus ini berhasil menyelamatkan 6.261.329 jiwa. Sedangkan dari sisi perputaran uang, hasil analisis keuangan PPATK menunjukkan bahwa perputaran uang dan transaksi tiga jaringan narkoba tersebut mencapai Rp59,2 triliun.
Jenderal bintang tiga itu juga menegaskan bahwa Polri tidak akan segan-segan untuk memiskinkan para bandar narkoba dengan menerapkan pasal tindak pidana pencucian uang (TPPU).
Dia menyebutkan ketiga jaringan itu, pihaknya sudah menyita aset sejumlah Rp869,7 miliar agar memberikan efek jera, kepada pelaku jaringan narkoba, kami menerapkan pasal TPPU untuk memiskinkan dan merampas aset dari hasil kejahatannya.
Baca juga: Polri ungkap TPPU kasus narkotika dengan barang bukti Rp221 miliar
Para tersangka disangkakan dengan Pasal 114 Ayat 2 subsider Pasal 112 Ayat 2 jo. 132 Ayat 2 UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika dengan ancaman hukuman pidana mati, pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat enam tahun dan paling lama 20 tahun.
Pasal lain yang disangkakan adalah Pasal 3 jo. Pasal 10, Pasal 4 jo. Pasal 10, Pasal 5 jo. Pasal 10 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang TPPU dan Pasal 138 Huruf A dan B UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika terhadap pelaku aktif ancaman hukuman pidana penjara paling singkat lima tahun dan paling lama 15 tahun.
Baca juga: Polisi gagalkan peredaran sabu 30 kilogram jaringan internasional
Baca juga: BNN tangkap tersangka jaringan golden triangle dan golden peacock
Baca juga: BNN RI ungkap kasus pencucian uang jaringan Malaysia - Palembang
Pewarta: Nadia Putri Rahmani
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024