Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Kabupaten Natuna Melda Irawati di Natuna, Jumat, mengatakan hingga Oktober 2024 pihaknya telah menangani 50 kasus anak seperti pencabulan, kekerasan fisik, dan bullying.
Kasus-kasus anak itu, kata dia, meliputi 23 kasus LGBT, enam pencabulan, 11 persetubuhan, tiga kekerasan fisik dan psikis, serta tujuh bullying.
"Untuk kasus anak kami akan lakukan memberi pendampingan psikologis untuk memulihkan trauma korban, kami jemput bola ke rumah-rumah," ucap dia.
Ia menerangkan, pendampingan sedemikian rupa diterapkan apabila letak tempat tinggal korban jauh dari Kantor UPTD PPA Natuna dan jumlah korban di wilayah itu lebih dari satu.
"Karena tidak memungkinkan jika kita datangkan korban ke sini, maka kita turun ke pulau-pulau," ujar dia.
Selain pendampingan psikologis, pihaknya juga memberikan pendampingan hukum bagi para korban. "Kita juga ada pendampingan hukum, oleh konselor hukum kami," ucap dia.
Ia menyebut kasus anak di 2024 lebih banyak dari 2023 yang hanya mencapai 45 kasus.
Ia menduga hal ini disebabkan minimnya pengawasan orang tua terhadap aktivitas anak, oleh karena itu ia mengimbau orang tua untuk lebih ketat mengawasi aktivitas anak-anak mereka.
"Jadi kepedulian orang tua sangat penting untuk mengawasi keseharian anak, sehingga terhindar dari kasus kekerasan yang kerap terjadi," ucap dia.
Baca juga: Terjadi 27 kekerasan gender berbasis daring libatkan anak di Jakarta
Baca juga: Menteri: Butuh dukungan semua pihak turunkan kekerasan perempuan-anak
Pewarta: Muhamad Nurman
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024