Digitalisasi perluas penetrasi pasar global produk rotan Cirebon
Oleh Fathnur Rohman
Jumat, 1 November 2024 14:12 WIB
Furnitur rotan kini memang mulai diminati kembali, terutama dengan konsep keindahan alami atau aesthetic natural yang menyatu dengan gaya hidup masa kini.
Generasi muda, khususnya pasangan yang baru membina keluarga, kian tertarik pada furnitur yang memadukan estetika modern dan natural, seperti kursi rotan berkerangka besi sehingga memberi kesan kontemporer.
Meski sibuk dengan pasar ekspor, keduanya juga merambah pasar domestik yang tak kalah menjanjikan.
Dari Cirebon hingga Bali, produk rotan mereka kian diminati oleh berbagai kafe, studio arsitektur, dan vila dengan konsep tropikal.
Permintaan dalam negeri justru meningkat, terutama karena tren desain natural mulai banyak digandrungi.
Pasar lokal pun telah memberikan respons positif. Dengan harga mulai dari Rp250 ribu untuk dekorasi kecil hingga jutaan rupiah untuk furnitur besar, produk mereka mulai bersaing di segmen menengah ke atas.
Bahkan, mereka kini mempertimbangkan masuk ke penjualan digital, meski harus menyesuaikan harga dengan daya saing pasar.
Adapun kapasitas produksi dari bisnisnya saat ini mencapai lima kontainer per bulan.
Di balik kesuksesan ini, mereka menghadapi tantangan pada ketersediaan bahan baku. Meski bahan rotan dan besi stabil, jenis rotan tertentu cukup sulit diperoleh karena persaingan harga.
Namun, mereka berhasil mengatasinya dengan kolaborasi bersama pengrajin lokal berpengalaman, termasuk menerapkan standar kualitas ekspor untuk setiap produk.
Meskipun industri rotan naik-turun, tetap memiliki prospek jangka panjang.
“Rotan itu timeless, orang selalu mencari furnitur alami. Kami ingin industri ini terus berkembang dan tetap relevan,” tuturnya.
Mereka juga bertekad untuk memajukan industri rotan, termasuk dengan mengajak generasi muda lainnya agar lebih mengenal dan mencintai produk ini.
Digitalisasi dan infrastruktur
Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Jabar Muslimin Anwar, dalam pernyataan resminya, menjelaskan pada triwulan II-2024 ekonomi Jabar mengalami pertumbuhan sebesar 4,95 persen (year-on-year/yoy). Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,93 persen (yoy).
Peningkatan ini didorong oleh konsumsi domestik yang kuat, perbaikan ekspor, maupun meningkatnya investasi.
Meski demikian, BI Jabar menggarisbawahi adanya tantangan yang perlu diwaspadai, terutama terkait ketidakpastian global yang dapat memengaruhi kinerja ekspor.
BI tetap optimistis kebijakan hilirisasi industri dan percepatan digitalisasi dari Pemerintah, bisa memberikan dampak positif bagi perekonomian Jabar.
Lebih lanjut, Anwar menekankan pentingnya digitalisasi untuk menjaga daya saing Jabar. Transformasi digital dinilai menawarkan peluang besar untuk kemajuan ekonomi.
BI juga menegaskan kalau pengembangan infrastruktur, menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Infrastruktur seperti jalan tol yang menghubungkan wilayah utara dan selatan Jabar, seperti Tol Cisumdawu dan Bocimi, berperan penting dalam memperlancar mobilitas masyarakat serta distribusi barang.
Adapun di Cirebon sendiri, terdapat ruas Jalan Tol Cipali yang keberadaanya sudah menunjang aktivitas pengiriman barang, termasuk produk rotan.
Didukung Pemerintah dan BI, industri rotan Cirebon kini bergerak menuju digitalisasi. Potensi ekspor pun semakin terbuka lebar sehingga memperkuat posisi produk ini sebagai karya unggulan yang dapat bersaing di pasar global.