Investor cenderung berhati-hati menjelang rilis data tingkat pengangguran AS dan NFP pada Jumat
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan Jumat dibuka melemah di tengah rilis data inflasi Indonesia Oktober 2024.
Pada awal perdagangan Jumat, rupiah turun 17 poin atau 0,11 persen menjadi Rp15.715 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.698 per dolar AS.
“Badan Pusat Statistik merilis data IHK Oktober 2024 hari ini, yang mencatatkan inflasi,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia mengalami inflasi 0,08 persen (month-to-month/mtm) pada Oktober 2024.
Inflasi tahunan mencapai 1,71 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender 0,82 persen (year-to-date/ytd).
Lebih lanjut, Josua menuturkan pergerakan rupiah yang terbatas disebabkan oleh sinyal mixed dari rilis data ekonomi AS.
Di satu sisi, produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) pada kuartal III-2024 melambat lebih dari yang diantisipasi, sementara di sisi lain, data ketenagakerjaan AS, ADP Employment Change, melampaui estimasi pada Oktober 2024.
Selain itu, indikator harga pilihan untuk Fed, Indeks Harga PCE, sedikit menurun 2,1 persen yoy pada September 2024 dari 2,3 persen yoy, tetapi Indeks Harga PCE Inti masih mencatat 2,7 persen yoy, lebih tinggi dari yang diharapkan sebesar 2,6 persen yoy.
Klaim pengangguran awal AS juga secara mengejutkan menurun menjadi 216 ribu pada pekan yang berakhir pada 25 Oktober 2024, mencerminkan pasar tenaga kerja AS yang relatif lebih ketat.
Oleh karena itu, investor cenderung berhati-hati menjelang rilis data tingkat pengangguran AS dan NFP pada Jumat.
Josua memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp15.650 per dolar AS sampai dengan Rp15.750 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Baca juga: Rupiah Jumat turun 17 poin menjadi Rp15.715 per dolar AS
Baca juga: Rupiah meningkat seiring pasar tunggu rilis data inflasi AS
Baca juga: Rupiah diproyeksikan menguat terbatas setelah data PDB AS lebih lemah
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024